Berjumpa Lagi Dengan Ayah Ali di Sungai Pisang
Pulau pasumpahan bisa dite,puh dari Sungai Pisang, Padang

Ayah Ali dan Sungai Pisang tidak bisa dipisahkan. Keduanya sudah melekat satu sama lain. Keduanya juga sangat akrab di telinga backpacker Sumatera Barat yang menyukai pulau – pulau kecil yang tak jauh dari Sungai Pisang seperti Pulau Pasumpahan, Pulau Pagang dan Pulau Pamutusan.

Sungai Pisang ialah sebuah kawasan pesisir yang terletak di Kelurahan Teluk Kabung, Selatan, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang, Sumatera Barat.

Kampung ini dikenal sebagai salah satu lokasi awal untuk naik kapal bagi mereka yang hendak berwisata bahari ke Pulau Pasumpahan, Pulau Pamutusan, dan Pulau Pagang.

Kemudian, siapa ayah Ali? Beliau adalah salah satu perintis jasa sewa kapal di Sungai Pisang. Ayah Ali memiliki 3 kapal kayu yang dinamai Ridho Ilahi 1, 2, dan 3.

kapal dari sungai pisang ke pulau pasumpahan
Kapal dengan nama Ridho Ilahi 3, milik ayah Ali

Setiap kapalnya ditenagai mesin berkekuatan 15 PK dan bisa membawa maksimal 15 penumpang. Tiap orang yang ingin memakai jasanya dikenakan tarif sebesar Rp 40 ribu untuk antar dan jemput.

Tarif ini belum termasuk biaya kebersihan pulau, tergantung pulau yang dikunjungi.Misalnya untuk Pulau Pasumpahan, pengelolanya menarik tarif sebesar Rp 25 ribu per orangnya.

Tarif kapal dari Ayah Ali jauh lebih murah dibanding jika kita memulai perjalanan dari kawasan Bungus. Di Bungus biasanya mereka memakai sistem open trip yang harganya mulai dari Rp 250 ribu per orangnya.

Jika dbandingkan tentu harga yang ditawarkan oleh Ayah Ali jauh lebih murah, apalagi bagi  kalangan backpacker.

Saya menjumpai Ayah Ali pertama kali pada April 2016. Waktu itu saya kesana dalam rangka mencari bahan untuk artikel wisata yang saya akan ikun sertakan dalam lomba menulis yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata yang waktu itu dikomandoi oleh Bapak Arief Yahya.

Adapun tema dalam lomba itu adalah wisata bahari. Tanpa pikir panjang saya langsung memesan tiket pesawat dari Jakarta ke Padang. Kemudian keesokan harinya saya memulai perjalanan menuju Sungai Pisang.

Waktu itu perjalanan menuju Sungai Pisang begitu sulit dan menantang karena jalan beraspal mulus hanya sampai di persimpangan PLTU Teluk Sirih, setelah persimpangan itu, jalannya rusak parah, dan harus melewati kelokan, tanjakan dan turunan yang curam. Apalagi waktu saya kesana hujan turun, tambah lengkap penderitaan.

rumah ayah ali di sungai pisang
Rumah Ayah Ali yang sederhana di Sungai Pisang

 

Nomor kontak Ayah Ali yang bisa kalian hubungi

Akhirnya saya sampai di Sungai Pisang. Saya kebingungan mencari penyewa kapal yang bisa mengantar saya ke Pulau Pasumpahan. Lalu ada perempuan paruh baya melambaikan tangan ke saya.

Hai nak, kamari lah, berteduh dulu disiko” katanya dengan bahasa Minang.

“mau pai ka pulau?” tanyanya

iya tapi saya hanya ingin sampai Pulau Pasumpahan saja” jawab saya

“baik, nak. Berteduhlah saja dulu disini, kita tunggu anak – anak yang lain berkumpul”

Sambil menunggu saya memperkenalkan diri, perempuan paruh baya yang memanggil saya tadi itu adalah istri dari Ayah Ali.

Sementara Ayah Ali sedang santai menyaksikan sinetron yang menampilkan artis – artis ibu kota.

Mengapa dipanggil Ayah Ali? Sebab beliau sangat mengayomi para wisatawan yang memakai jasa kapalnya. Di halaman rumahnya digunakan untuk parkir kendaraan wisatawan, tempat menitip barang juga tempat untuk beristirahat.

Nah, pengguna jasa Ayah Ali ini kebanyakan bacpacker yang masih remaja, makanya beliau dipanggil ayah.

Singkat cerita saya berhasil menjejakan kaki di Pulau Pasumpahan, saya mengeksporenya dengan semangat sampai ke puncak bukit yang ada disana.

Sepulangnya dari perjalanan ini, saya kembali ke Jakarta dan menulisan artikel lalu saya daftarkan untuk lomba. Sebulan berselang, daftar pemenang diumumkan dan nama saya masuk di dalamnya. Saya dapat juara 2 untuk kategori media online karena artikel itu saya tuliskan di sebuah media online ternama.

Hadiah yang saya terima waktu itu Rp 15 juta dipotong pajak pemenang, jadi saya terima bersihnya Rp 13.5 juta. Ini adalah hadiah tertinggi yang pernah saya dapat selama mengikuti lomba menulis.

 

9 tahun berselang, saya kembali ke Sungai Pisang dan menjumpai kembali Ayah Ali dan istrinya. Nomor yang waktu itu saya dapati masih digunakannya. Jadi memudahkan saya saat lupa lokasi rumah Ayah Ali.

“Assalamualaikum, ibu, saya datang lagi, kali ini tidak sendirian, ada istri dan anak – anak”

lai takana samo saya, bu?” tanya saya

“lai, dulu datang surang se jo honda kan ? » jawab ibu

« Ayah Ali dimana ? tanya saya lagi

“sekarang ayah hanya di rumah aja, tidak lagi bawa kapal karena sudah tua, jadi yang bawa kapal kemenakan – kemenakan ayah”

“anak – anak kami sudah menikah dan merantau ke kota” kata ibu lirih

“ibu dan ayah tidak ikut anak – anak ke kota? “

“sudah, tapi kami tidak betah di kota jadi kami kembali kesini, labiah lamak hiduik disiko, udaro bersih, buek sehat”

Klaim yang tidak salah, sebab ibu itu walau makin berumur tapi tenaganya masih kuat dan perawakan wajahnya pun lebih muda dari orang seusianya.

“tunggu sabanta yo, ibu cari orang yang bisa bawa kapal”

Dengan lincah ia mencari bantuan tetangganya yang bersedia membawa kapal.

“sudah ada orangnya, masih kemenakan ayah juga, naik lah ke kapal”

Kami pun berlayar menuju Pulau Pasumpahan yang sumpah, ini pulau keren banget. Bagi kalian pecinta wisata baharí wajib masukan pulau ini dalam daftar tempat yang harus dikunjungi.

Air yang jernih di Pulau Pasumpahan

Dari Sungai Pisang hanya butuh waktu 10 – 15 menit saja untuk sampai ke tepi Pulau Pasumpahan. Tersedia dermaga dan jembatan yang memudahkan wisatawan yang datang ke pulau ini.

Singkat cerita saya bermain pasir dengan anak – anak, berlari kesana kemari yang semoga menjadi core memory yang baik untuk mereka.

Anak – anak bermain pasir di Pulau Pasumpahan

Menjelang matahari terbenam, kami minta untuk dijemput, sampai kembali di rumah Ayah Ali kami pun berpamitan. Semoga ayah ali dan istri senantiasa diberi kesehatan dan semoga kami masih bisa berjumpa kembali di lain kesempatan.

About Author

client-photo-1
M. Catur Nugraha
Masih bekerja sebagai Naval Architect Engineer di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang konstruksi bangunan lepas pantai sejak tahun 2012. Kecintaan kepada kampung halamannya membuat ia memutuskan untuk mendirikan Jelajah Sumbar dengan tujuan memperkenalkan keindahan Bumi Ranah Minang ke khalayak ramai dan mengajaknya untuk berkunjung ke Sumbar. Ia sangat menyukai traveling. Perjalanan yang paling ia senangi antara lain mendaki gunung, trekking ke air terjun, dan berkemah di pulau – pulau kecil. Ia juga gemar menuliskan cerita perjalanannya dan memotret obyek yang ditemuinya. Cita – citanya : menjadikan Sumatera Barat dan Wisata Padang sebagai salah satu destinasi pilihan favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan Internasional.

Comments

Leave a Reply

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.