Sebenarnya di libur musim panas tahun lalu, kami telah mencoba sensasi glamping di Solok Radjo.
Tapi entah mengapa di kesempatan liburan kali ini kami ingin lagi kesana. Masih teringat dalam ingatan suasana malam hingga pagi yang dingin. Dingin yang kami lawan dengan semangkuk mie rebus telur serta secangkir kopi arabika yang diproduksi oleh Solok Radjo sendiri. Nikmat sekali.
Di hari sebelumnya kami telah menelusuri jalan lingkar dari Padang – Sungai Pisang hingga ke Mandeh. Lalu sore harinya kami bermain ke Pulau Pasumpahan. Istilah kata, liburan kami di hari pertama bertemakan wisata bahari.
Baca juga : Ke Pulau Pasumpahan Bersama Ridho Ilahi
Di hari kedua ini, kita beralih ke pegunungan, mencari suasana yang sejuk dan dingin.
Setelah makan siang di Rumah Makan Pagi Sore. Kami lanjut lagi menuju ke lokasi Solok Radjo yang berada di Bukit Batabuah, Aie Dingin, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Dari pusat Kota Padang jaraknya sekitar 75 kilometer dan bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 2,5 jam jika perjalanan lancar.
Di simpang Lubuk Begalung kami mengambil arah lurus yang menuju Sitinjau Lauik. Nantinya kita akan melewati pintu masuk pabrik Semen Padang yang menjadi kebanggan bagi orang Minang.
Setelah melewati pabrik Semen Padang, kondisi jalan mulai menanjak dan berkelok – kelok. Ya, karena jalan ini dibuat di pinggang Bukit Barisan.
Kami berharap bisa melewati jalan Sitinjau Lauik ini tanpa ada kendala.
Dan Alhamdulillah, setelah melewati tikungan Sitinjau Lauik yang viral di sosial media itu, perjalanan cukup lancar. Tidak ada kemacetan seperti yang saya saksikan satu minggu sebelum kami berangkat di sosial media. Mungkin karena saat itu sudah selesai libur sekolah di Indonesia.
Meski demikian kami sempat melihat kecelakaan tunggal yang melibatkan truk berukuran besar. Dari kondisinya sepertinya truk ini mengalami rem blong dan atas inisiatif sopir, ia menabrakan truknya ke tebing yang berlawan arah dari arah kedatangannya. Semoga saja tidak ada korban luka atas kejadian tersebut.
Awan mendung menggantung di langit, sepertinya akan hujan. Dan benar saja hujan menemani perjalanan kami. Yang saya khawatirkan ketika melintasi Sitinjau Lauik saat hujan adalah kabut yang menghalangi pandangan.
Tiba di persimpangan, kami mengambil arah ke kanan. Jalan yang mengarah ke Alahan Panjang.
Masuk wilayah Alahan Panjang kita akan menyaksikan panorama hamparan kebun teh yang hijau dipadu dengan Gunung Talang, gunung berapi yang statusnya masih aktif. Meski demikian gunung ini menjadi salah satu favorit bagi komunitas pecinta alam di Sumatera Barat untuk didaki.
Kami terus melaju sampai di persimpangan dimana kalau belok ke kanan dan menurun maka akan membawa kita ke tepian Danau Diatas sedangkan jika belok ke kiri dan menanjak kita akan melihat Danau Dibawah. Kedua danau ini lebih dikenal sebutan Danau Kembar.
Tak jauh dari persimpangan tadi, terdapat pom bensin, disini kami mengisi bahan bakar terlebih dahulu.
Setelah itu dengan panduan dari aplikasi Google Maps, kami menuju ke lokasi Solok Radjo. Lokasinya itu berada di atas bukit. Sekitar 2,5 kilometer dari jalan raya.
Kita harus melewati jalan perkampungan yang sempit dan diperparah karena jalanannya tidak bisa dikatakan bagus, menanjak pula!
Jadi kalau kamu mau ke Solok Radjo membawa kendaraan sendiri, pastikan kamu sudah ahli mengemudi dan kendaraan dalam keadaan prima.
Akhirnya kami tiba juga di Solok Radjo!
Dari tampilannya ada yang berubah. Setahun yang lalu mereka baru punya tempat buat glamping. Saat ini sudah ada beberapa pilihan untuk menginap mulai dari tenda sederhana, glamping dan cabin kayu minimalis. Jadi kita bisa memilih sesuai dengan gaya petualang dan isi kantong masing – masing ya.

Karena saya datang bersama keluarga, untuk kenyaman ekstra tentu saya memilih menginap di cabin kayu.

Ada 3 tipe Wood cabin yang tersedia di Solok Radjo yaitu Small Family Cabin, Cozy Cabin dan Twin Cabin yang paling besar. Saya pilih yang twin cabin, harganya Rp 950 ribu per malam.
Twin cabin bisa muat untuk 4 orang dewasa, 2 orang anak. Selain itu harga yang ditawarkan sudah termasuk fasilitas kamar mandi di dalam lengkap dengan air panasnya, kayu untuk api unggun, perlengkapan barbeque dan sarapan.
Di dalam twin cabin terdapat 2 kamar. Di bagian tengah bisa dijadikan tempat berkumpul mengisi waktu bersama keluarga.
Di bagian depan cabin juga ada halaman yang cukup luas untuk aktivitas barbeque dan menghangatkan diri dengan api unggun di malam hari.
Setelah menaruh barang bawaan di dalam cabin, saya mencoba untuk melihat – lihat sekitar.
Ternyata Solok Radjo semakin mengembangkan ruangnya menjadi lebih luas lagi. Terlihat semakin banyak tenda glamping dan cabin yang bisa menjadi pilihan pengunjung. Oh iya, yang unik disini adalah tempat menginapnya itu dibuat di antara pohon – pohon kopi.


Gelapnya malam mulai menyelimuti. Udara semakin dingin, dan kami sudah untuk mengantisipasinya dengan jaket yang menghangatkan badan.
Malam itu kami nongkrong di cafe. Cafe di Solok Radjo ini menyediakan makanan dan tentu saja minuman kopi.
Karena sudah lapar kami memesan makanan untuk makan malam dan pastinya kopi.
Pesanan kami pun tiba, untuk makanannya tidak begitu istimewa karena hanya sekedar ayam geprek sambal hijau yang mudah dijumpai dimanapun. Tapi tidak dengan kopinya, dari wanginya saja sudah begitu nikmat dan benar rasanya enak sekali. Ini adalah kopi terbaik yang pernah saya minum.
Kopi yang disajikan di Solok Radjo kualitasnya sangat baik. Bahkan mereka sudah mampu untuk mengekspor ke Australia, Jepang, Korea, Eropa dan Amerika Serikat.
Hari semakin malam, kami kembali ke cabin untuk istirahat.
Pagi hari bangun kembali, sholat shubuh lalu selimutan lagi. Suhu pagi hari di Solok Radjo mencapai 7 derajat celsius. Dingin sekali.
Ketika matahari mulai menampakan diri, kami keluar dari cabin. Jalan pagi ke spot dimana kami bisa menyaksikan panorama Gunung Kerinci dari kejauhan.


Harusnya kami juga mendapatkan fasilitas permainan ATV, tapi Candra yang ditunjuk oleh Bang Teuku untuk menemani kami tak kunjung menampakan hidungnya. Ya sudahlah, kami pun tak terlalu tertarik main ATV. Semalam pun kami tidak mendapatkan kayu untuk api unggun. Namun sekali lagi, kami tidak merisaukan hal tersebut. Karena memang yang paling kami cari disini ialah suasana dinginnya.
Maklum saja, 3 tahun tinggal di Middle East yang panas, membuat kami sangat menyukai tempat – tempat yang dingin.
Kembali ke cabin, ternyata sarapan sudah tersedia. Menu sarapan kala itu nasi goreng dan telur ceplok. Sarapan yang sama seperti tahun lalu.
Setelah sarapan, mandi dan beres – beres. Kami pun beranjak dari Solok Radjo.
Perjalanan kami selanjutnya adalah Sawahlunto.
Comments