Blog

When I first set foot in Bukittinggi, nestled in the highlands of West Sumatra, I had no idea I was about to uncover one of the most beautiful and culturally rich cities in Indonesia. It’s a place where cool mountain air, dramatic landscapes, and the heartbeat of Minangkabau culture come together in perfect harmony. Let me take you on a journey through Bukittinggi — a destination that deserves a top spot on your Indonesian travel bucket list. First Impressions: A City in the Clouds Located about 2 hours from Padang, the drive to Bukittinggi itself is already an adventure. Winding roads, misty hills, and the occasional glimpse of rice terraces made the journey feel like something out of a movie. The highlight? Passing by the iconic Lembah Anai Waterfall, right on the roadside — yes, that’s real. As I arrived in Bukittinggi, the cool highland breeze was the first thing that welcomed me. At over 900 meters above sea level, this city offers the perfect escape from the tropical heat of the coast. Exploring the City: Culture Meets Nature 📍 Jam Gadang – The Heart of Bukittinggi My first stop was the city’s most famous landmark, Jam Gadang, a giant clock tower built in 1926. It reminded me a bit of Big Ben — but with a touch of local flair. Surrounding the tower is a lively square filled with street performers, local food stalls, and kids chasing bubbles. I could have stayed there for hours just people-watching. 🏰 Benteng Fort de Kock & Limpapeh Bridge Just a short walk from Jam Gadang is Fort de Kock, a historic Dutch fort with panoramic views over the city. Getting there means crossing the vibrant Limpapeh Bridge, a red-and-yellow suspension bridge that connects the zoo to the fort. It’s not just a

Mandeh adalah salah objek wisata unggulan yang dimiliki Sumatera Barat. Disini anda bisa menyaksikan keindahan bahari yang mengagumkan. Kita bisa mengeksplorenya mulai dari penyaksikan panorama di Puncak Mandeh yang sering kali disebut Raja Ampatnya Sumatera Barat, kemudian turun ke Dermaga Carocok Tarusan untuk menyewa kapal dan kita akan menelusuri pulau – pulau kecil seperti Pulau Sutan, Pulau Sironjong Gadang, Pulau Sironjong Ketek yang dikenal sebagai tempat uji nyali untuk cliff jumping. Dan terakhir setelah berenang di laut saatnya membersihkan diri di Air Terjun Gemuruh. Puncak Paku salah satu photo stop di Jalan menuju Mandeh Kawasan Wisata Mandeh mulai dikenal luas oleh wisatawan sejak tahun 2015, saat Presiden Joko Widodo mencanangkan kawasan ini sebagai Kawasan Wisata Bahari Terpadu (KWBT). Sebelumnya wisatawan hanya mengenal wisata Pantai Carocok di Painan jika berwisata ke Kabupaten Pesisir Selatan. Saya pertama kali mengunjungi Mandeh pada saat libur lebaran Idul Fitri tahun 2015 (1436 Hijriah). Waktu itu untuk ke Mandeh kita harus melewati Jalan Lintas Sumatera Padang – Painan via Tarusan. Waktu tempuhnya kurang lebih 2 jam. Agar Kawasan Wisata Mandeh semakin berkembang Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Pelaksanaan Jalan Nasional III Padang, Direktorat Jenderal Bina Marga membangun jalan akses menuju Mandeh. Pembangunan jalan ini dilakukan secara bertahap sejak tahun 2015 dan rampung pada 2019, dengan total panjang jalan sekitar 41,08 Km. Jalan ini menghubungkan antara Padang – Bungus Teluk Kabung – Sungai Pisang - Sungai Nyalo dan Mandeh. Adanya jalan penghubung ini membuat waktu tempuh perjalanan menuju ke Mandeh menjadi lebih cepat. Dan asiknya lagi pemandangan yang tersaji sepanjang jalan menuju Mandeh begitu Indah. Anda pasti dijamin berdecak kagum melihatnya. Dan rasanya sayang sekali jika jalan ini dilalui dengan cepat. Sebagai gambar anda akan menyaksikan panorama bahari berupa gugusan pulau kecil, air laut yang tenang berwarna biru kehijauan,