Catatan Perjalanan 6 Hari Keliling Sumbar : Danau Kembar Menuju Muaro Sijunjung
image of 1140x530

Saya masih belum tahu kemana akan berhenti selanjutnya. Apakah Sawahlunto atau langsung terus hajar hingga Muaro Sijunjung.

Dari Danau Diatas kami melanjutkan lagi perjalanan yang lagi – lagi ditemani oleh hujan gerimis. Namun, ketika memasuki obyek Wisata Panorama Danau Kembar cuaca segera berubah menjadi cerah. Ondeh mandeh, hanya berbeda satu RW sudah beda juga cuacanya.

Kami tidak masuk ke dalam obyek wisata Panorama Danau Kembar, karena saya sudah berkali – kali kesana. Jadi lewat saja toh nanti kami juga bisa melihat Danau Dibawah langsung dari tepi jalan.

“nah ini, Danau Dibawah, kita berhenti foto – foto dulu” kata saya kepada Alwan

Tidak hanya kami saja yang berhenti tapi beberapa pengendara sepeda motor lainnya juga melakukan hal yang sama.

Jalan yang bersinggungan langsung dengan Danau Dibawah
Jalan yang bersinggungan langsung dengan Danau Dibawah

Danau Diatas dan Danau Dibawah meski disebut kembar namun mereka tidaklah sama, Kembar tapi beda, beda tapi kembar. Banyak perbedaan diantara mereka berdua dan yang paling mencolok adalah dari aktifitas pariwisatanya. Jika Danau Diatas dapat diakses hingga ke tepianya sehingga memudahkan wisatawan yang hendak kesana beda halnya dengan Danau Dibawah. Danau Dibawah hanya bisa dinikmati dari kejauhan saja, tepian Danaunya berupa jurang tinggi yang sangat berbahaya sehingga akses ke tepian danaunya sangat sulit, hal ini membuat Danau Dibawah tidak ada aktifitas pariwisata sama sekali.

Foto - foto dulu di tepi jalan dengan latar Danau Dibawah
Foto – foto dulu di tepi jalan dengan latar Danau Dibawah
My Life My Adventure, jaket hadiah dari hobi nulis.
My Life My Adventure, jaket hadiah dari hobi nulis.

Perbedaan lainnya adalah dari segi kedalaman airnya. Danau Diatas terbilang danau yang dangkal karena kedalamannya hanya mencapai 40-an meter berbeda sangat jauh dengan saudaranya yang mencapai 800-an meter, ukuran yang sangat menyeramkan untuk sebuah danau. Selain itu, Jika Danau Diatas merupakan hulu dari Sungai Batanghari yang mengalir membelah Pulau Sumetera hingga ke Jambi, Danau Dibawah hingga saat ini belum ditemukan kemana airnya mengalir? Ada dugaan bahwa didalam Danau Dibawah terdapat sebuah sungai bawah tanah yang mengalirkan air dari danau ke tempat lainnya namun hal ini belum bisa diketahui kebenarannya.

Usai berfoto kami lanjut lagi mengikuti jalan dengan ukuran lebar sekitar 2 meter ini. Kanan kiri dari jalan ini ialah ladang perkebunan yang ditanami berbagai jenis sayur – sayuran.

Menuju Solok Via Muara Paneh kontur jalan terus menurun. Udara dingin sudah tidak terasa lagi, yang terasa ialah hangatnya mentari yang bersinar cerah sore itu.

Akhirnya kami memasuki Solok, sebuah kabupaten yang di tanahnya tumbuh padi dengan kualitas nomor satu, bahkan saking bangganya dengan kualitas beras yang dihasilkan, kabupaten ini menamai terminalnya dengan nama Bareh Solok.

Saat ini kami telah berada di Jalan Lintas Sumatera yang artinya saya sebagai pengemudi harus semakin ekstra hati – hati karena di jalan ini saya harus berhadapan dengan bus – bus AKDP, AKAP, Travel, mobil – mobil pribadi yang semuanya melaju sangat kencang, entah apa yang seperti hendak mengejar sesuatu, tapi apa?

Tak sampai 30 menit, kami telah memasuki Silungkang, daerah kecil di pinggir Kota Sawahlunto yang dikenal sebagai pusat kerajinan, di kanan kiri jalan Silungkang banyak ditemukan toko – toko yang menjual berbagai hasil kerajinan khas Silungkang, yang terlihat paling mencolok adalah sapu ijuk-nya yang menggantung menghiasi bagian depan toko.

Kami pun tiba di Simpang Muara Kalaban, dari sini menuju Kota Sawahlunto tinggal belok kiri dan mengikuti jalan yang berkelok – kelok sejauh 6 Km.

Disini saya berhenti, berpikir untuk menentukan kemana kami akan berhenti hari itu. Sawahlunto memang salah satu tujuan kami, lagi pula jaraknya juga sudah dekat. Namun, sore hari di Sawahlunto buat seorang yang berniat plesiran untuk apa? Bukankah semua museum yang ada di Sawahlunto pastinya sudah tutup?

Tiba – tiba terlintas satu nama dalam pikiran yaitu Bojeng. Saya tidak pernah kenal sebelumnya dengan orang ini. Yang jelas nama satu ini sangat dikenal dikalangan pendaki gunung atau pecinta alam di Sumbar. Saya mendapatkan nomor Bojeng dari teman sependakian saat mendaki Gunung Singgalang.

Saya mencoba menghubunginya, dan bersambut. Saya katakan bahwa kami hendak ke Sijunjung dan apakah saat ini dia sedang ada disana?

Kami beruntung sebab Bojeng sedang ada disana dan siap menampung kami selama kami di Sijunjung. Dan katanya lagi dari Muara Kalaban ke tempatnya tinggal 30 menit saja. Ia pun memberi saya petunjuk arah menuju Muaro Sijunjung.

Kami melaju kembali menggilas aspal Jalan Lintas Sumatera, tiba di tugu Garuda kami mengambil ke arah kiri, kemudian terus mengikuti jalan hingga berjumpa kembali dengan simpang tiga dengan sebuah tugu di tengahnya, kami mengambil ke arah kanan. Lurus terus hingga tibalah kami di tugu Selamat Datang di Kota Muara Sijunjung yang berada bersebelahan dengan SPBU.

Simpang menuju Kota Muaro Sijunjung
Simpang menuju Kota Muaro Sijunjung

Saya kembali menghubungi Bojeng, katanya tinggal sedikit lagi, dirinya sedang berada di sebuah warung kopi yang berada di sebelah SMAN 2 Sijunjung. Dan akhirnya berjumpalah kami dengan Bojeng.

Akhirnya tiba di Kota Muaro Sijunjung
Akhirnya tiba di Kota Muaro Sijunjung

“Selamat datang di Muaro Sijunjung, sampai juga akhirnya ya, oh iya, saya Andes” ujar seorang pria yang memiliki perawakan mirip seperti artis Pepi ini.

Andes atau yang akrab disapa Bojeng ini selalu menjadi rujukan bagi siapapun yang hendak bermain ke Sijunjung, sepertinya ia sudah tahu benar seluk beluk kabupaten yang memiliki slogan Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijunjung Ini.

About Author

client-photo-1
M. Catur Nugraha
Masih bekerja sebagai Naval Architect Engineer di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang konstruksi bangunan lepas pantai sejak tahun 2012. Kecintaan kepada kampung halamannya membuat ia memutuskan untuk mendirikan Jelajah Sumbar dengan tujuan memperkenalkan keindahan Bumi Ranah Minang ke khalayak ramai dan mengajaknya untuk berkunjung ke Sumbar. Ia sangat menyukai traveling. Perjalanan yang paling ia senangi antara lain mendaki gunung, trekking ke air terjun, dan berkemah di pulau – pulau kecil. Ia juga gemar menuliskan cerita perjalanannya dan memotret obyek yang ditemuinya. Cita – citanya : menjadikan Sumatera Barat dan Wisata Padang sebagai salah satu destinasi pilihan favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan Internasional.

Comments

August 5, 2016
[…] Danau Kembar Menuju Muaro Sijunjung […]

Leave a Reply

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.