Ikan Larangan di Jalan Padang – Painan Km 44

Saat hendak mengunjungi Kawasan Wisata Mandeh atau obyek wisata yang ada di wilayah Kabupaten Pesisir Selatan lainnya. Cobalah singgah di warung – warung yang ada di Jalan Padang – Painan Km 44. Terlihat seperti warung pada umumnya yang menjual berbagai aneka makanan seperti mie rebus, soto, nasi goreng dan lain – lain, namun warung – warung yang berada persis di tepi Sungai Batang Tarusan ini mempunyai suasana yang berbeda apa itu?

Warung di Jalan Padang – Painan Km. 44

Baca Juga : Wisata Padang Mandeh Bukittinggi

Teriknya sinar matahari sepanjang perjalanan dari Kota Padang menuju Pesisir Selatan, membuat saya mudah lelah dan dehidrasi.  Ketika sudah berada di Km 44, saya menemui banyak warung yang berada di sisi kiri jalan.  Saya pun singgah di salah satu warung tersebut untuk memesan semangkuk mie rebus telur dan segelas teh manis untuk meredakan rasa haus yang mendera.

Warung tersebut tepat berada di Jalan Padang Painan Km. 44

Dikala menunggu pesanan saya datang, saya melihat aliran Sungai Batang Tarusan yang berwarna kecoklatan.  Di tempat saya duduk, terdapat bungkusan kecil yang digantung oleh pemilik warung. Isi bungkusan tersebut adalah pelet ikan. Tapi untuk apa?

Pelet ikan yang menggantung ini bisa kamu beli dengan harga Rp 1.000, bisa jadi hiburan dengan melemparnya ke tepi sungai dan langsung dikerebungi oleh ikan larangan

Ternyata, tepat di bawah saya sudah berkumpul ratusan atau mungkin ribuan ikan berwarna hitam yang sedang menunggu makanan. Ikan tersebut sejenis ikan garing namun orang – orang disini menyebutnya Ikan Larangan.

Menurut Pak Amin, pemilik warung yang saya singgahi. Ikan – ikan tersebut sudah ada sejak zaman dahulu dan dibiarkan hidup begitu saja, tidak boleh ditangkap atau dimakan. Konon katanya apabila ikan ini ditangkap dan dimakan maka yang bersangkutan akan mendapatkan berbagai macam musibah.

Sungai Batang Tarusan

Keberadaan ikan larangan ini sangat menarik perhatian dan menjadi pembeda dengan warung – warung pada umumnya. Sembari menyantab mie rebus saya ditemani oleh ikan larangan dalam jumlah banyak itu. Gerombolan ikan larangan tersebut sepertinya tahu betul jika pengunjung warung yang berada di atasnya tertarik pada dirinya dan berharap dilemparkan makanan untuknya.

Saya pun mengambil beberapa bungkus pelet yang menggantung, membukanya dan melempar pelet – pelet itu ke sungai dan seketika kerumunan ikan larangan langsung berebutan untuk memakannya. Sebagai orang yang tinggal dan besar di Kota Jakarta, melihat sungai dipenuhi ikan – ikan seperti ini sungguh menyenangkan.

Menjelang sore, warung – warung disini semakin ramai dipadati pengunjung. Terlihat dari banyaknya kendaraan yang terparkir di depan warung. Sepertinya keberadaan ikan larangan ini menjadi nilai jualnya. Warung disini mulai buka dari jam 06.30 hingga 21.00 WIB, jadi kalau sedang melintas di jalan Padang – Painan, cobain mampir ya!

About Author

client-photo-1
M. Catur Nugraha
Masih bekerja sebagai Naval Architect Engineer di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang konstruksi bangunan lepas pantai sejak tahun 2012. Kecintaan kepada kampung halamannya membuat ia memutuskan untuk mendirikan Jelajah Sumbar dengan tujuan memperkenalkan keindahan Bumi Ranah Minang ke khalayak ramai dan mengajaknya untuk berkunjung ke Sumbar. Ia sangat menyukai traveling. Perjalanan yang paling ia senangi antara lain mendaki gunung, trekking ke air terjun, dan berkemah di pulau – pulau kecil. Ia juga gemar menuliskan cerita perjalanannya dan memotret obyek yang ditemuinya. Cita – citanya : menjadikan Sumatera Barat dan Wisata Padang sebagai salah satu destinasi pilihan favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan Internasional.

Comments

March 6, 2017
beuhhh gak boleh dimakan?? *langsung manyun* hahahaha..
March 7, 2017
Boleh, asal sanggup menerima konsekuensinya, hoho..

Leave a Reply

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.