Mengeksplore Keindahan Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung
image of 1140x530

Umumnya wisatawan lokal yang mengunjungi Flores hanya mampir di Labuan Bajo sebagai pintu masuk untuk menjelajahi Taman Nasional Pulau Komodo dan sekitarnya. Namun, tak hanya Labuan Bajo saja, Flores masih memiliki destinasi wisata bahari lainnya yang tidak kalah indahnya yaitu Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung.

Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung, secara administrasi terletak di Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Memiliki luas 9900 hektar yang terdiri dari laut dan darat termasuk dalam kawasan konservasi dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Kupang.

Butuh perjuangan untuk mencapai Riung, jauhnya perjalanan serta minimnya akses transportasi merupakan tantangan yang harus dihadapi saat menuju kesana.

Setelah menikmati keindahan matahari terbit di Gunung Kelimutu, kami segera kembali menuju tempat penginapan kami di Desa Moni. Pukul 07.00 kami harus segera menuju Ende karena pada waktu itu di Km 13 sedang ada proyek pelebaran jalan batas Kota Ende-Detusoko, pihak yang melakukan proyek ini memberlakukan aturan buka tutup pada jam-jam yang telah ditentukan. Walau kami sudah berangkat sepagi mungkin, kami tetap terkena jalur tutup sehingga membuat kami terperangkap selama 30 menit. Semoga proyek pelebaran jalan ini telah selesai sehingga akses Moni ke Ende atau sebaliknya bisa berjalan dengan normal.

Sampai di Ende tepatnya di Terminal Ndao, kami ingin segera melanjutkan perjalanan menuju Riung. Namun, ternyata tidak ada transportasi umum yang langsung sampai ke Riung. Bus yang ada hanya melayani hingga Mbay yang merupakan ibukota dari Kabupaten Nagekeo. Dari Mbay ke Riung yang jaraknya “hanya” 30 Km, harus dilanjutkan lagi dengan angkutan desa dengan jumlah armada yang sangat terbatas, bahkan jika sudah sampai Mbay namun angkutan desanya sudah berangkat semua maka kita harus bermalam di Mbay. Cukup rumit memang, namun ini adalah seni dari menjelajahi Flores dengan cara backpacker.

Tapi saat itu kami cukup beruntung karena ada sepasang backpacker asal Jerman dengan tujuan yang sama sehingga kami sepakat patungan angkot dari Ende hingga Riung dengan ongkos Rp 100 ribu per orangnya. Jadi kami tak perlu sambung menyambung transportasi saat menuju Riung.

Perjalanan Ende hingga Riung memakan waktu 4 jam, melewati jalan pesisir lalu jalan khas perbukitan yang berkelok – kelok. Cukup membuat pusing.

Sampai di Riung kami menghubungi Asep, teman kami yang bertugas sebagai pengajar muda di Riung, bersama Asep, kami mencari kapal untuk di sewa keesokan harinya, harga yang disepakati adalah Rp 350 ribu untuk sehari penuh.

Tepat pukul 8 pagi kami bersama rekan-rekan dari pengajar muda Riung lainnya yang berjumlah 8 orang sudah siap di dermaga. Pak Kader sebagai kapten kapal kami sudah siap dengan kapalnya kemudian berangkatlah kami menjejahi Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung.

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah spot untuk snorkeling di sekitar Pulau Meja. Ketika menceburkan diri untuk snorkeling kami langsung disambut oleh ikan-ikan berwarna-warni serta beraneka ragam terumbu karang. Terumbu karang yang paling banyak disini adalah jenis karang meja selain itu juga ada karang lunak dan kipas laut. Puas snorkeling kami melanjutkan lagi perjalanan menuju Pulau Rutong.

Pulau Rutong, dari kejauhan nampak pasir pantainya yang putih, ditengahnya terdapat bukit yang bisa didaki
Pulau Rutong, dari kejauhan nampak pasir pantainya yang putih, ditengahnya terdapat bukit yang bisa didaki

Dari kejauhan Pulau Rutong nampak dihiasi oleh pantai dengan pasir putih, serta terdapat bukit di tengah-tengah pulau. Ketika akan sampai pulau ini, warna air laut yang tadinya biru kini terlihat sangat jernih bahkan ketika kapal ditambat di tepi pantai nampak seperti melayang.

Di Pulau Rutong kami beristirahat sembari makan siang dengan nasi dan lauk ikan tongkol asap lengkap dengan sambalnya, rasanya nikmat sekali. Sebagai pelengkap kami juga membawa kelapa muda yang kami santab bersama sesudah makan.

Makan bersama di Pulau Rutong dengan lauk yang kami bawa
Makan bersama di Pulau Rutong dengan lauk yang kami bawa
Ikan tongkol asap sebagai lauk makan siang kami di Pulau Rutong
Ikan tongkol asap sebagai lauk makan siang kami di Pulau Rutong

Perut yang penuh membuat semangat kami meningkat, kami berjalan menyusuri pantai dimana banyak sekali ditemukan bintang laut merah, hal ini mengingatkan saya saat menjelajahi pulau-pulau kecil eksotis khas Belitung tepatnya di Pulau Pasir yang juga banyak dijumpai bintang laut yang sama.

Setelah menyusuri pantai kami berjalan melewati semak-semak lalu mengikuti jalan setapak yang berakhir di puncak bukit pulau ini, sampai di puncak kami dibuat terkagum – kagum oleh pemandangan yang ada. Pasir putih, gradasi warna air laut dari jernih, hijau hingga biru serta Pulau Flores di seberang sana.

Kami saat di puncak bukit Pulau Rutong
Kami saat di puncak bukit Pulau Rutong
Pemandangan di puncak bukit Pulau Rutong, nampak kapal yang membawa wisatawan kesini masih sepi berbeda dengan Belitung yang sangat ramai seperti yang ditunjukan foto dibawah ini
Pemandangan di puncak bukit Pulau Rutong, nampak kapal yang membawa wisatawan kesini masih sepi berbeda dengan Belitung yang sangat ramai seperti yang ditunjukan foto dibawah ini
Kapal wisata yang sedang parkir di Pulau Lengkuas yang merupakan salah satu destinasi favorit di Belitung
Kapal wisata yang sedang parkir di Pulau Lengkuas yang merupakan salah satu destinasi favorit di Belitung

Setelah puas mengabadikan diri di puncak bukit Pulau Rutong kami kembali ke kapal karena selanjutnya kami akan menuju Pulau Tiga.

Sama seperti Pulau Rutong, pulau tiga memiliki pantai dengan pasir putih bersih serta air yang jernih. Menurut Pak Kader pulau ini dinamakan tiga karena di pulau ini terdapat tiga gundukan bukit kecil dengan ketinggian yang tidak sama.

Pantai dengan air jernih serta tiada riak gelombang membuat kami tergoda untuk kembali berenang, tak jauh dari bibir pantai kami sudah menemukan pemandangan underwater yang cantik. Kami bertemu dengan ikan badut yang malu-malu bersembunyi di balik soft coral yang menjadi tempat favoritnya.

Jernihnya air menjadikan kapal yang sedang menepi nampak seperti melayang
Jernihnya air menjadikan kapal yang sedang menepi nampak seperti melayang
Pulau Tiga
Pulau Tiga

Selesai? Ternyata belum, masih ada satu lagi destinasi yang tidak kalah menarik yaitu Pulau Ontoloe. Perjalanan dari Pulau Tiga menuju Pulau Ontoloe memakan waktu sekitar 30 menit. Ternyata yang menjadi pulau ini menarik adalah keberadaan kelelawar yang jumlahnya ribuan ekor.

Pulau Ontoloe
Pulau Ontoloe
Kerajaan kelelawar di Pulau Ontoloe, untuk mendekati pulau ini bergantung pada pasang surut air laut
Kerajaan kelelawar di Pulau Ontoloe, untuk mendekati pulau ini bergantung pada pasang surut air laut

Di siang hari mereka akan menggantung di dahan-dahan pohon bakau, kedatangan kami di pulau ini sore hari cukup tepat karena pada saat itu kelelawar sudah mulai aktif dan berterbangan. Jumlahnya yang sangat banyak membuatnya menjadi menarik perhatian siapapun yang melihatnya.

Akhirnya selesai sudah perjalanan kami seharian menjelajahi Taman Wisata Alam Riung 17 Pulau. Walau sulit untuk menjangkau Riung namun percayalah ketika sampai disini segalanya akan lunas terbayarkan. Semoga Taman Wisata Alam Riung 17 Pulau ini semakin dikenal oleh masyarakat luas khususnya warga Indonesia karena memang ia lebih dikenal oleh wisatawan asing ketimbang wisatawan dalam negeri.

Oh iya, waktu yang terbaik untuk berkunjung kesini adalah pada bulan April-Oktober dimana saat itu laut tenang dan tidak berombak, namun kami cukup beruntung meski perjalanan ini dilakukan pada bulan November cuaca masih cerah dan bersahabat. Jadi kalau ke Flores masukan Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung sebagai destinasi mu, saya rasa Maldives pun kalah indahnya dengan pulau – pulau yang ada disini.

About Author

client-photo-1
M. Catur Nugraha
Masih bekerja sebagai Naval Architect Engineer di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang konstruksi bangunan lepas pantai sejak tahun 2012. Kecintaan kepada kampung halamannya membuat ia memutuskan untuk mendirikan Jelajah Sumbar dengan tujuan memperkenalkan keindahan Bumi Ranah Minang ke khalayak ramai dan mengajaknya untuk berkunjung ke Sumbar. Ia sangat menyukai traveling. Perjalanan yang paling ia senangi antara lain mendaki gunung, trekking ke air terjun, dan berkemah di pulau – pulau kecil. Ia juga gemar menuliskan cerita perjalanannya dan memotret obyek yang ditemuinya. Cita – citanya : menjadikan Sumatera Barat dan Wisata Padang sebagai salah satu destinasi pilihan favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan Internasional.

Comments

Leave a Reply

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.