Awan yang menggantung di langit Belitung Timur dan sekitarnya masih mengeluarkan tetes – tetes air hujan hingga sore hari. Tidak ada langit yang berpesta pora dengan cahaya kemilau keemasan seperti biasanya. Kami sudah memasuki akhir dari perjalanan di hari kedua ini, tapi masih ada satu destinasi yang mungkin traveler yang ke Belitung jarang mengunjungi dan

“yang… Hujan turun lagi Di bawah payung hitam kau berlindung” Lagu berjudul Antara Benci Dan Rindu yang dinyanyikan oleh Ratih Purwasih menemani kami saat menunggu hujan reda di rumah makan yang berada di Pantai Serdang. Dari tempat duduk kami terlihat ombak yang berkejaran menghempas bibir pantai. Milyaran buih kembali ke Pantai Serdang setelah menempuh perjalanan

Hujan deras bukanlah musuh dalam hidup saya, sedari kecil saya telah berteman akrab dengannya dan hingga saat ini saya masih menganggap hujan adalah berkah dari-Nya. Saat saya masih kecil, ketika hujan tiba saya segera pulang untuk mencari payung yang bisa saya bawa keluar untuk mencari pelanggan ojek payung. Biasanya mereka adalah para pekerja kantoran yang

Kami keluar dari Kawasan Batu Mentas dengan perasaan deg – degan karena mobil yang kami tumpangi bensinnya sudah tiris, berharap akan segera kami temui penjual bensin eceran karena di Belitung jangan terlalu berharap banyak dengan SPBU. Sudah dua SPBU yang kami temui tapi semuanya tutup. Akhirnya ketika menemui penjual bensin eceran kami menepi terlebih dahulu

Di hari kedua perjalanan ini, kami mendapatkan  tambahan rekan perjalanan yang datang dari Bandung. Ia adalah Azhar, seorang anak muda yang baru saja melepaskan status mahasiswa dan saat ini sedang menggeluti usaha startup kopi. Kalau saya sedang menggeluti usaha mendapatkan restu dari orang tua kamu, eeaaa. Tepat jam 07.30, saya bersama Pak Wawan telah berada