Bandara HAS Hanandjoeddin, Pintu Gerbang Negeri Laskar Pelangi
image of 1140x530

Pagi itu, pesawat Citilink yang saya tumpangi bersama teman – teman mendarat dengan mulus di Bandara HAS Hanandjoeddin,Tanjung Pandan, Pulau Belitung. Ini adalah keempat kalinya saya menjejakan kaki di tempat yang sama. Pada kedatangan saya yang ketiga, rinai hujan serta angin dingin menusuk tulang yang menyambut saya, namun saat ini suasananya berbeda. Langit cerah beserta awan putih yang berarak menghiasi langit Pulau Belitung.

Turun dari pesawat, penumpang yang pada umumnya adalah wisatawan, langsung mengambil tempat terbaik dan mengeluarkan pose andalannya, “yeay, touch down, Belitung, Negeri Laskar Pelangi” tulis mereka dalam media sosialnya.

Foto - foto dulu habis mendarat di Belitung
Foto – foto dulu habis mendarat di Belitung

Banyaknya penumpang yang mengambil foto membuat petugas bandara “sedikit” dibuat sibuk, mereka dengan sigap “mengusir” para penumpang yang sedang asik – asiknya berfoto. Wajar, ini untuk keselamatan bersama karena dalam waktu yang tidak lama lagi akan mendarat pesawat selanjutnya yaitu Sriwijaya Air, lalu diikuti Garuda Indonesia.

Saya pertama kali datang disini pada Maret 2015 dan kali ini September 2016, hanya dalam kurun waktu satu tahun sudah nampak perbedaan yang signifikan dari bandara ini. Sejak ditetapkannya Tanjung Kelayang sebagai salah satu destinasi unggulan Indonesia oleh pemerintah, maka sudah dapat dipastikan akan semakin banyak wisatawan yang akan datang mengunjungi Belitung. Hal itu harus diikuti dengan fasilitas bandara yang memadai. Gayung bersambut, pemerintah sudah memastikan akan membuat bandara HAS Hanandjoeddin menjadi bandara internasional. Landasan pacu akan dibangun lebih panjang, mencapai 3000 m, sehingga bandara ini bisa didarati pesawat berbadan besar seperti Boeing 737 – 800 NG, 737 – 900 ER maupun Airbus A320 – 200

Kedatangan saya di Pulau Belitung yang kedua kalinya bersama ayah, dulu ada tembok berkeramik biru bertuliskan HAS Hanandjoeddin sebagai lokasi favorit foto bagi wisatawan
Kedatangan saya di Pulau Belitung yang kedua kalinya bersama ayah, dulu ada tembok berkeramik biru bertuliskan HAS Hanandjoeddin sebagai lokasi favorit foto bagi wisatawan, kini tembok biru tersebut sudah tidak ada lagi

Tidak ada fasilitas garbarata di bandara ini sehingga untuk menuju terminal kedatangan, penumpang harus berjalan kaki dari pesawat menuju ke terminal, begitu pula sebaliknya saat akan menaiki pesawat. Hal ini tidak menjadi masalah, karena jarak antara apron dengan terminal tidak terlalu jauh. Bagaimana jika saat mendarat atau saat hendak menaiki pesawat cuaca sedang hujan? Petugas bandara akan dengan sigap menyiapkan payung  bagi seluruh penumpang dalam jumlah banyak. Saya sendiri pernah mengalami ini pada kedatangan saya yang ketiga.

Saat mendarat cuaca sedang hujan, maka petugas bandara dengan sigap menyediakan payung untuk penumpang
Saat mendarat cuaca sedang hujan, maka petugas bandara dengan sigap menyediakan payung untuk penumpang

Tibalah kini di gedung terminal kedatangan, lagi – lagi terdapat perubahan yang siginifikan, udara dingin yang mengalir dari penyejuk ruangan begitu terasa. Terdapat satu buah conveyor belt atau ban berjalan di terminal kedatangan untuk pelayanan bagasi penumpang. Salah satu hal yang saya suka dari bandara ini adalah keberadaan banner bertuliskan “I’m in Belitong” lengkap dengan pernak – perniknya yang menghiasi terminal kedatangan, banner ini menjadi tempat favorit bagi wisatawan sembari menunggu bagasi datang. Selain itu terdapat juga bangku bagi penumpang selama menunggu bagasinya, ide pelayanan yang bagus karena tidak semua bandara ada.

Foto di banner I am in Belitong yang ada di Terminal Kedatangan Bandara HAS Hanandjoeddin
Foto di banner I am in Belitong yang ada di Terminal Kedatangan Bandara HAS Hanandjoeddin

Pada akhirnya saya sangat suka dengan bandara HAS Hanandjoeddin ini. Kecil, sederhana tetapi berkesan. Berawal dari bandara inilah, perjalanan saya bersama peserta trip jelajah Negeri Laskar Pelangi dimulai.

About Author

client-photo-1
M. Catur Nugraha
Masih bekerja sebagai Naval Architect Engineer di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang konstruksi bangunan lepas pantai sejak tahun 2012. Kecintaan kepada kampung halamannya membuat ia memutuskan untuk mendirikan Jelajah Sumbar dengan tujuan memperkenalkan keindahan Bumi Ranah Minang ke khalayak ramai dan mengajaknya untuk berkunjung ke Sumbar. Ia sangat menyukai traveling. Perjalanan yang paling ia senangi antara lain mendaki gunung, trekking ke air terjun, dan berkemah di pulau – pulau kecil. Ia juga gemar menuliskan cerita perjalanannya dan memotret obyek yang ditemuinya. Cita – citanya : menjadikan Sumatera Barat dan Wisata Padang sebagai salah satu destinasi pilihan favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan Internasional.

Comments

November 2, 2016
[…] jam 07.30, saya bersama Pak Wawan telah berada di Bandara HAS Hanandjoeddin untuk menjemputnya. Tak perlu celingak – celinguk, saya sudah paham bahwa seorang pria bertubuh […]

Leave a Reply

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.