Setelah menempati Pondok Rambun Paneh, lagi asik leyeh – leyeh, tiba – tiba saja kami tersadar bahwa kami belum makan siang! Walau sebenarnya siang tadi kami sudah makan Pisang Panggang HM Zen di Pasar Atas. Tapi kan bagi orang Indonesia belum makan namanya jika belum mengunyah nasi. Awalnya kami mencari rumah makan yang ada di

Sarapan pagi di Padang itu hal yang mudah. Tapi jangan kaget dengan menu sarapan yang cenderung berat dan amat mengeyangkan untuk disantap di pagi hari. Dulu, sewaktu saya masih kecil. Tiap kali pulang ke Padang, ayah selalu mengajak saya ke rumah keluarganya  yang ada di Durian Tarung. Durian Tarung adalah nama kampung sekaligus diabadikan sebagai

Apa yang ada di dalam benak anda mendengar menu pisang panggang? Pisang dikupas kulitnya, lalu dipanggang di atas arang, kemudian disajikan dengan topping cokelat misis atau keju dan diguyur susu kental manis. Namun, Pisang Panggang HM Zen yang sudah eksis lebih dari 50 tahun di Pasar Atas Bukittinggi ini sangat berbeda penyajiannya. Pisang yang digunakan

Kami tiba di Bukitttinggi di malam hari. Di Perjalanan menuju Bukittinggi, kami hanya singgah di kedai Kue Pinyaram Habil Kayu Tanam, membeli kue cucur mini ini untuk pengganjal perut. Makanya waktu sampai di Bukittinggi yang dingin, perut kembali bersenandung. Malam itu kami ingin mencoba Sate Mak Ngulu yang ada di Jalan Abdul Manan, lokasinya cukup

Hari semakin mendekati tengah malam, namun penjelajahan kuliner kami di Bukittinggi belum usai. Setelah menikmati Sate Mak Ngulu yang berada di Sarojo, kami menuju ke Simpang Tembok tempat dimana Kedai D2 berada. Kedai ini dikenal oleh warga lokal Bukittinggi dengan olahan teh telur pinang spesial. Kedai D2 direkomendasikan oleh Bang Hen, sopir yang membawa kami