Matahari telah berada di tengah bumi, usai saya melibas semua kelokan tajam berjumlah 44 atau yang biasa dikenal dengan kelok 44 (kelok ampek puluah ampek). Kini saya berada di persimpangan jalan. Jika mengambil ke kanan, jalan mengarah ke Lubuk Basung, ibukota kabupaten Agam. Sedangkan jika ke kiri? Saya tak tahu, saya belum pernah melewatinya. Dengan

“kalau kamu suka dengan wisata sejarah dan budaya, datanglah ke Nagari Pariangan. Dari sini sekitar 17 kilometer. Menurut Tambo, nagari itu ialah tempat asal usul orang Minangkabau” kata Wilma, local guide di Istana Basa Pagaruyung. Semenjak mendapatkan informasi tersebut, saya mulai mencari – cari informasi mengenai Nagari Pariangan. Ternyata, pada tahun 2012 Nagari Pariangan dinobatkan

Tak jauh dari Obyek Wisata Air Terjun Lembah Anai atau sekitar 7,5 kilometer. Terdapat sebuah obyek wisata lainnya yang juga menarik untuk dikunjungi yaitu Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau atau yang lebih dikenal dengan sebutan Minang Village. Baca Juga : Air Terjun Lembah Anai Jadi usai menikmati kesejukan di Air Terjun Lembah Anai, kita

Setelah melintasi jalan sejauh 6 Km dari simpang Sawah Lunto – Lintas Sumatera akhirnya tiba juga saya di Kota Sawahlunto. Mata saya langsung terpana ke sebuah menara yang menjulang tinggi yang ternyata menara tersebut merupakan menara dari Masjid raya Nurul Iman Sawahlunto. Karena keunikannya saya menghentikan laju sepeda motor untuk mengetahui lebih dalam mengenai masjid ini.

Kereta Api merupakan moda transportasi darat berbasis jalan rel yang efisien dan efektif. Hal ini dibuktikan dengan daya angkutnya baik berupa manusia ataupun barang yang lebih besar dibandingkan dengan moda transportasi darat lainnya. Begitu juga dengan konsumsi bahan bakar kereta api relatif lebih hemat dibandingkan dengan moda transportasi darat lainnya. Dengan kelebihan – kelebihannya tersebut,