Sebelum ke Lawang Park, Singgah Dulu di Kilang Tebu Tradisional
kilang_tebu_tradisional_di_lawang

Setelah melewati jalan penuh kelokan, akhirnya kami tiba di Matur yang ditandai dengan sebuah lapangan bola dan masjid di sisi kanannya. Artinya sebentar lagi kami akan tiba di destinasi tujuan kami, Lawang Park.

Bang Ozil terus melajukan mobilnya, kini kami telah berada di Jalan Panorama Puncak Lawang yang merupakan akses menuju obyek – obyek wisata yang “menjual” panorama Danau Maninjau dari ketinggian seperti Puncak Lawang, Lawang Park dan Ambun Tanai.

Saat melintasi jalan ini kami melihat sebuah kilang tebu tradisional yang sedang sibuk menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Namun, kilang tebu ini begitu unik karena ia masih menggunakan tenaga kerbau sebagai penggerak alat penggiling tebu. Kami pun menyempatkan untuk singgah terlebih dahulu disini.

Bagi saya, ini adalah kunjungan yang kali kedua. Pertama kalinya saya datang kesini ialah pada Desember 2015. Ketika itu saya melihat proses pembuatan gula merah mulai dari tebu di peras hingga air tebu perasannya tersebut dimasak hingga mengental untuk kemudian di taruh di alat cetak hingga mengering.

Baca juga Menggiling Tebu Dengan Kerbau, Disini Tempatnya.

Pak Asrul ternyata masih mengenali saya. Ia menyambut kedatangan kami dengan manis, semanis gula saka buatannya.

ketika kami tiba disini, Pak Asrul sedang memberi makan kerbaunya berupa pucuk daun tebu.

Kerbau sedang memakan pucuk tebu

“jadi semua bagian tebu terpakai, tidak ada yang terbuang. Batangnya diperas, setelah diperas lalu dijemur, setelah mengerang batang tersebut digunakan sebagai bahan bakar. Pucuk tebunya, saya gunakan untuk makan kerbau” kata Pak Asrul mantap.

Intan, Henny, dan Afika. Tamu kami asal Malaysia terlihat sangat tertarik dengan kilang tebu ini.

Intan, Afika, Henny, tamu kami asal Malaysia, terlihat sangat antusias mendengar penjelasan dari Pak Asrul

“this is so impressive, ini tidak ada di Malaysia dan I am shock, this is new thing for us” kata Intan, dengan logat Melayu bercampur Inggris.

Mereka pun mencoba menggiling batang tebu dengan hati – hati dipandu oleh Pak Asrul.

Mencoba menggiling batang tebu

Usai menggiling tebu, kami istirahat di kedai yang bersebelahan dengan kilang tebu. Kedai ini dikelola oleh Uni Des, istri dari Pak Asrul. Ia menjual berbagai oleh – oleh khas Lawang seperti Gula Saka, kacang barandang,  kipang kacang, keripik ubi jalar, kacang telur, kacang goreng dll. Selain itu, Uni Des juga telah memiliki mesin peras tebu modern untuk memeras tebu yang airnya langsung dapat diminum oleh pengunjung kedainya.

Santai di kedai sebelah kilang tebu sembari mencicipi air perasan tebu Lawang

“rasanya nyaman ya, tak strong lah” kata Henny, usai meminum air tebu.

Sebelum kami beranjak dari sini, kami membeli beberapa oleh – oleh Khas Lawang. Semoga kilang tebu ini tetap lestari.

About Author

client-photo-1
M. Catur Nugraha
Masih bekerja sebagai Naval Architect Engineer di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang konstruksi bangunan lepas pantai sejak tahun 2012. Kecintaan kepada kampung halamannya membuat ia memutuskan untuk mendirikan Jelajah Sumbar dengan tujuan memperkenalkan keindahan Bumi Ranah Minang ke khalayak ramai dan mengajaknya untuk berkunjung ke Sumbar. Ia sangat menyukai traveling. Perjalanan yang paling ia senangi antara lain mendaki gunung, trekking ke air terjun, dan berkemah di pulau – pulau kecil. Ia juga gemar menuliskan cerita perjalanannya dan memotret obyek yang ditemuinya. Cita – citanya : menjadikan Sumatera Barat dan Wisata Padang sebagai salah satu destinasi pilihan favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan Internasional.

Comments

April 2, 2021
[…] Baca juga : Kilang Tebu Tradisional yang Unik di Nagari Lawang […]

Leave a Reply

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.