Mencoba Paralayang di Nagari Taeh, Salah Satu Spot Paralayang Terbaik di Sumatera Barat
paralayang nagari taeh

Di pertengahan Agustus 2022, saya berkesempatan untuk mengunjungi wahana paralayang di Nagari Taeh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.

Konon katanya paralayang di Nagari Taeh ini menyuguhkan pemandangan yang tidak biasa. Sebab, nagari ini bersebelahan dengan objek wisata Lembah Harau sehingga ketika kita di atas maka kita dapat melihat keindahan lembah yang dijuluki Yosemite of Indonesia ini. Serta tentu saja keindahan dari  Nagari Taeh itu sendiri dengan sawah ladangnya yang masih asri.

Cara Menuju Nagari Taeh

Perjalanan menuju Nagari Taeh ini memakan waktu lebih kurang 1 jam 15 menit dari Kota Bukittinggi dengan menggunakan mobil. Melewati objek wisata Ngalau Indah Payakumbuh kita ambil jalur kiri ke jalan bypass kemudian di ujung bypass kita ambil lagi jalur kiri menuju arah Lampasi dan setelah jembatan Lampasi kita ambil jalur kanan ke arah Simalanggang dan terus menuju arah Gunung Bungsu.

Kondisi jalan cukup lebar hingga pertigaan ke arah Gunung Bungsu, setelah itu hanya bisa ditempuh maksimal dengan kendaraan seperti Elf atau Hiace. Bis tidak bisa naik sampai ke lokasi.

Komunitas Paralayang Bungsu

Sesampainya di lokasi saya langsung disambut oleh teman – teman dari komunitas Paralayang Bungsu.

Komunitas ini sudah berdiri sejak 2012 dan mereka ini masih muda, bahkan diantaranya masih berstatus sebagai pelajar. Tapi kalau urusan prestasi tak perlu diragukan lagi, mereka sudah ratusan kali memenangkan kompetisi paralayang bahkan ada yang kompetisi tingkat Nasional lho! Pada PON Papua lalu mereka juga menyabet emas beregu putri, kemudian pada kejurnas Kemuning 2022 juga menyabet emas beregu putra serta emas perorangan putri.

Teman – teman dari Komunitas Paralayang Bungsu ini juga sangat ramah dan sabar dalam memberikan briefing sebelum saya mencoba terbang. Maklum ini adalah yang pengalaman pertama kalinya apalagi ditambah uban yang mulai tumbuh juga menandakan nyali saya tidak sekuat dulu lagi. hehehe.

Kita akan lepas landas dari Gunung Bungsu. Posisinya sekitar 3 km dari lokasi pendaratan. Namun mereka sudah memiliki kendaraan bak terbuka L300 untuk membawa saya menuju lokasi take off. Mereka beli sendiri lho dari uang hasil menang lomba. Luar biasa adik – adik ini dalam usia yang masih tergolong muda sudah mampu mengelola organisasi dengan baik dan berprestasi.

Supaya mudah dalam pendakian mobil L300 ini menggunakan ban off road.

5 menit berlalu melewati jalan aspal dengan tanjakan dan turunan, sampailah pada tanjakan ekstrim dengan jalur tanah. Jadi wajar saja ban yang digunakan jenis off road, medan nya berat! Ditambah lagi malamnya habis hujan sehingga membuat jalan nya sangat licin. Beberapa kali mobilnya selip sehingga harus mundur dulu untuk ambil ancang – ancang. Wah ini bonus nih, bisa sekalian wisata off road! Seru sekali!

Saatnya Lepas Landas

Sekitar 15 menit perjalanan off road akhirnya kami tiba di lokasi lepas landas yang Berupa tanah lapang dengan luas sekitar 4000 meter persegi dan di ujungnya ada jurang lepas. Karena hari sudah mulai panas, team segera bersiap untuk melakukan terbang tandem. Saya juga mulai berkeliling memantau spot. Setibanya di spot jurang, jantung ini tiba – tiba berdetak kencang, adrenalin langsung mengalir deras membuat badan gemetar. Semangat yang menggebu dari bawah tadi seketika ciut melihat ketinggian itu, kemungkinan factor usia juga mempengaruhi hahaha.

Tapi mau kabur juga udah ga bisa, saya percaya aja sama adik – adik ini dan berdoa supaya baik – baik saja. Adik – adik membantu memasangkan peralatan tandem, harness, helm dan memastikan semuanya siap. Jangan lupa pastikan memakai sepatu ya dan juga perlatan keamanan untuk ponsel supaya ga jatuh nanti. Posisi saya berada di depan dan bertandem dengan Febri yang berada di posisi belakang. Jadi cara take off nya itu adalah dengan berlari ke arah jurang itu sekencang -kencangnya, hahaha ingin pulang aja rasanya. Pas banget setelah semua peralatan dipasang, angin nya memungkinkan untuk lepas landas sehingga saya diminta langsung lari menuju jurang itu.

tour paralayang sumbar
Bersiap take off

Benar saja, tak perlu waktu lama untuk lepas landas, hanya 5-10 detik saya sudah berada di angkasa. Parasutnya menahan pergerakan lari jadi kita ga merasa lari untuk jatuh. Pemandangan di atas membuat saya sampai hampir lupa untuk mengambil gambar, karena sangat indah dan berbeda dengan apa yang saya bayangkan.

Semua terlihat seperti lukisan, dengan sawah yang berjejer dan rumah2 penduduk yang tradisional. Kawasan sekitar didominasi dengan hutan sehingga pemandangan di atas sangat memanjakan mata. Sensasi berayun seperti ketika turbulensi pesawat, dan juga tiupan angin yang langsung mengenai wajah membuat jantung semakin berdetak kencang. Perpaduan antara ketakutan dan penasaran ditambah semangat yang benar2 membuat pengalaman tak terlupakan.

Panorama yang bisa disaksikan saat paralayang di Nagari Taeh

Uda terus dibawa memutar melihat pemandangan, Febri berusaha menambah ketinggian agar dapat melihat view lembah harau. Namun angin yg kurang sehingga membuat penambahan ketinggian tidak berhasil dan kami akhirnya bermanuver menuju lokasi pendaratan. Nah manuver inilah yang paling seru! Paralayangnya dibikin berkelok2 sehingga perasaan yang seperti naik roller coaster itu semakin kuat dan jelas! Membuat terkaget2 dan excited banget! Hahaha

Sekitar 15 menit saya mengudara dan kemudian menuju lokasi pendaratan ternyata memunculkan sensasi lain. Karena kaki kita dekat dengan puncak2 pohon! Rasa2 mau nyangkut tapi ternyata masih jauh..hihi

Dua paralayang sedang terbang di atas Nagari Taeh

Febri berpesan luruskan kaki ke depan, mendarat dengan pantat. Karna perlatan ini ada bantalan di bagian pantatnya jadi nanti pas mendarat seperti jatuh di kasur rasanya.

“Oke siap”, saya menjawab.

Makin mendekati lokasi pendaratan ternyata anginnya hilang sehingga saya sedikit hard landing. Kalau seharusnya rasanya seperti jatuh di kasur springbed, kali ini rasanya seperti jatuh di atas kasur kapuk wkakakak. Lumayan!

Setelah saya mendarat, beberapa teman lain pun menyusul pendaratan. Sebagian mendapatkan angin saat mendarat sehingga prosesnya mulus sekali. Bisa sambil langsung jalan. Kami kemudian menepi dan berjalan menuju kafe Wisco di dekat lokasi pendaratan. Di sana saya kemudian ngopi, makan siang dengan menu nasi goreng dan shalat.

Fasilitas di sini sudah cukup memadai, bahkan kita bisa camp juga di sini. Tak jauh dari lokasi pendaratan tadi juga ada sirkuit trabas, yang kabarnya ke depanya akan dibuka penyewaan ATV. Wah makin seru lagi nih!

Setelah berbincang dengan Febri, saya kemudian pamit untuk pulang ke Bukittinggi. Senang sekali rasanya ada kesempatan bertukar pikiran dengan adik – adik luar biasa dari komunitas Paralayang Bungsu aero sport ini. Mereka juga menyampaikan bahwa ada program pelatihan bagi teman – teman yang mau belajar paralayang. Nah bagi kalian yang ingin mencoba sensasi paralayang bisa menghubungi kami ya. Sampai jumpa di cerita berikutnya

Yuk pai malala!

About Author

client-photo-1
M. Catur Nugraha
Masih bekerja sebagai Naval Architect Engineer di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang konstruksi bangunan lepas pantai sejak tahun 2012. Kecintaan kepada kampung halamannya membuat ia memutuskan untuk mendirikan Jelajah Sumbar dengan tujuan memperkenalkan keindahan Bumi Ranah Minang ke khalayak ramai dan mengajaknya untuk berkunjung ke Sumbar. Ia sangat menyukai traveling. Perjalanan yang paling ia senangi antara lain mendaki gunung, trekking ke air terjun, dan berkemah di pulau – pulau kecil. Ia juga gemar menuliskan cerita perjalanannya dan memotret obyek yang ditemuinya. Cita – citanya : menjadikan Sumatera Barat dan Wisata Padang sebagai salah satu destinasi pilihan favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan Internasional.

Comments

Leave a Reply

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.