Taman Panorama Danau Kembar : Satu Tempat Dua Danau
obyek wisata taman panorama danau kembar

Kami beranjak dari Solok Radjo tepat di tengah hari. Kami akan kembali ke Bukittinggi. Tapi mumpung masih di Solok, rasanya ingin sekali untuk singgah di salah satu objek wisatanya sebelum kami benar – benar meninggalkan wilayah kabupaten yang terkenal dengan berasnya ini.

Baca Juga : Glamping Asik Solok Radjo

Awalnya saya ingin ke Danau Talang, danau yang berada di kaki Gunung Talang. Sebab saya belum pernah kesana. Namun karena keterbatasan waktu saya urungkan dan beralih ke obyek wisata Taman Panorama Danau Kembar. Tempat yang sebenarnya sudah saya kunjungi dan itu tidak hanya sekali.

Tapi walau tempatnya sama, namun waktu kunjungannya berbeda pasti ceritanya juga akan berbeda. Pertama kali saya ke tempat ini di libur lebaran 2015, saat itu saya kesini bersama abang saya, Bang Tri.

Saya juga pernah berkunjung kesini seorang diri, menatap Danau Diatas sembari melamunkan masa depan.

Dan pada kunjungan kali ini saya bersama istri dan anak – anak. Pasti ada cerita baru yang akan tercipta dari Taman Panorama Danau Kembar.

Jarak dari Solok Radjo ke lokasi sekitar 16 kilometer, kami menempuhnya dalam waktu 40 menit. Tiba di loket, saya membayar tiket masuknya sebesar Rp 10 ribu per orang dan tiket parkir mobil Rp 5 ribu,

Dari loket masuk, jalan menanjak sedikit, lalu berbelok ke kanan dan sampailah di area parkir kendaraan.

Cuaca saat itu sedang mendung, untungnya tidak berkabut jadi masih bisa menyaksikan panorama Danau Diatas maupun Danau Dibawah.

Panorama Danau Dibawah

Kami berjalan ke tempat dimana kita bisa melihat Danau Diatas. Sekarang terdapat plang bertuliskan Panorama Danau Diatas yang dibuat oleh bank milik pemerintah. Lalu ada di bangku panjang tempat biasanya wisatawan duduk untuk berfoto dengan latar Danau Diatas.

Tempat duduk untuk berfoto lengkap dengan plang nama tempatnya

Tapi plang – plang tulisan nama destinasi wisata itu penting banget gak sih? Sebab hampir disemua obyek wisata di Sumbar dibuat plang seperti itu. Bukankah tanpa plang itu orang – orang juga sudah tahu nama tempatnya dan secara estetik juga lebih cantik saat diabadikan dalam sebuah foto.

Tapi itu menurut saya lho ya? Mungkin bagi orang lain plang penanda tempat wisata itu adalah sebuah hal yang penting dan menjadi keharusan.

Kenapa jadi bahas plang?

Saat menikmati keindahan panorama Danau Diatas, turun hujan, tidak begitu lebat tapi cukup bikin basah.

Kami pun berteduh di sebuah warung yang menjual aneka makanan ringan dan minuman. Tidak hanya itu si yang punya warung juga menjual aneka tanaman hias.

Di depan warungnya dipajang ikatan – ikatan pohon dengan warna merah marun dan warna degradasi cenderung berwarna hitam.

“Apa namanya ini, uni?” tanya saya

“Ini Bunga Sari Gunung, orang sini menyebutnya Bunga Sarai Gunuang” jawab si punya warung dengan ramah

“beli lah, ini cuma ada disini” ia mencoba menawarkan bunga itu kepada saya

Bunga Sari Gunung hidup di hutan yang ada di gunung di sekitar kawasan Danau Kembar. Pemilik warung tidak memetiknya sendiri tetap membeli dari orang lain yang memetiknya di gunung.

Bunga Sari Gunung Talang
Bunga Sari Gunung

Bunga Sari Gunung dijual per buket. Harganya menyesuaikan ukuran buket. Ada yang besar, ada juga yang kecil.

Bunga Sari Gunung mengingatkan saya dengan Bunga Edelweiss, keduanya sama – sama hidup dan tumbuh di gunung. Keduanya juga sama – sama bisa bertahan bertahun – tahun setelah dipetik.
Namun Edelweis statusnya dilindungi oleh undang – undang. Jadi tidak boleh kita memetiknya begitu saja. Bagaimana dengan nasib Bunga Sari Gunung ini? Entahlah, saya tidak tahu.

Hujan telah reda. Saatnya ke sisi dimana kita bisa menyaksikan Danau Di Bawah. Nampak permukaan danau berwarna biru, di sekelilingnya tumbuh subur tanaman sayur – sayuran.

Danau Di Bawah ini cukup “seram” sebab memiliki kedalaman lebih dari 300 meter. Bandingkan dengan saudara kembarnya yang hanya 40an meter saja.

Selain itu air Danau Di Bawah belum diketahui secara pasti kemana airnya mengalir karena tidak ditemui sungai yang berhulu di danau ini. Sedangkan Danau Di Atas merupakan hulu dari Sungai Batanghari yang bermuara di Selat Malaka.

panorama danau diateh kabupaten solok
Danau Diateh tanpa plang

Danau Di Atas bisa diakses dengan mudah jika kita ingin ke tepiannya. Sedangkan Danau Di Bawah tidak ada akses kendaraan. Kita harus menuruni lereng yang curam jika ingin ke tepiannya.

Dari sisi dimana kita bisa melihat Danau Di Bawah ini, kita juga bisa menyaksikan panorama Gunung Talang. Gunung setinggi 2.597 mdpl ini masih aktif, walau demikian ia menjadi salah satu gunung favorit bagi pendaki Sumbar setelah Gunung Marapi.

Sayangnya saat itu ia tertutup kabut.

Puas meyaksikan Danau Kembar, kami pun beranjak dari lokasi dan melanjutkan perjalanan menuju Bukittinggi.

About Author

client-photo-1
M. Catur Nugraha
Masih bekerja sebagai Naval Architect Engineer di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang konstruksi bangunan lepas pantai sejak tahun 2012. Kecintaan kepada kampung halamannya membuat ia memutuskan untuk mendirikan Jelajah Sumbar dengan tujuan memperkenalkan keindahan Bumi Ranah Minang ke khalayak ramai dan mengajaknya untuk berkunjung ke Sumbar. Ia sangat menyukai traveling. Perjalanan yang paling ia senangi antara lain mendaki gunung, trekking ke air terjun, dan berkemah di pulau – pulau kecil. Ia juga gemar menuliskan cerita perjalanannya dan memotret obyek yang ditemuinya. Cita – citanya : menjadikan Sumatera Barat dan Wisata Padang sebagai salah satu destinasi pilihan favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan Internasional.

Comments

Leave a Reply

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.