Trip Report Libur Lebaran : Jelajah Pesisir Selatan
image of 1140x530

Hari kedua, pagi – pagi Mbak Daniella sudah siap sedangkan saya masih terlelap dalam tidur efek dari menonton semifinal Euro 2016 antara Jerman Vs Perancis yang dimenangkan oleh Perancis dengan skor 2 – 0.

“bang, bangun, bang, temannya sudah siap tuh” ucap Alwan sembari menggerak – gerakan tubuh saya yang sedang berada di alam mimpi. Saya segera terbangun lalu mandi terburu – buru.

Semua personil telah siap, kami pun memulai kembali perjalanan keliling Sumbar dengan tujuan Pesisir Selatan. Menuju Pesisir Selatan tentunya jalan yang dilalui sama dengan yang kemarin bedanya ketika di Simpang ke arah Sungai Pisang terus lanjutkan jalannya, tidak perlu belok ke kanan seperti kemarin.

Ketika kami telah melewati Bungus kemudian Pantai Carolina tiba – tiba anak – anak yang dibelakang teriak – teriak minta sarapan karena ketika berangkat tadi kami semua belum sarapan. “oke, kita sarapan dulu mau dimana?” tanya saya kepada anak – anak. “tempat kemarin” jawab mereka dengan semangat. Om Gigih pun memutar balikan mobilnya dan kami kembali sarapan di tempat yang sama seperti kemarin, Rumah Makan Pak Malin.

Kami menjadi pengunjung pertama hari itu di RM Pak Malin, bahkan sebenarnya kami datang pada saat rumah makan ini masih belum buka sepenuhnya. Pak Malin nampak sedang memindahkan potongan – potongan kepala ikan dari kuali berukuran besar ke piring – piring.

Meski belum buka betul tapi RM ini tetap melayani kami, kali ini kami memesan gulai lauk ikan karang porsi kecil, ikan goreng serta ikan bakar. Menunya lebih bervariasi dari kemarin karena menyesuaikan selera masing – masing. Audrey masih tetap dengan pilihan gulai lauk ikan karang, dan seperti kemarin ia habiskan kepala ikan itu hingga tersisa tulangnya. Menggemaskan sekali melihatnya.

Seperti kemarin, kami juga membeli bekal untuk makan siang nanti disini. Urusan perut selesai kami melanjutkan lagi perjalanan menuju Pesisir Selatan.

Ketika memasuki perbatasan antara Kota Padang dengan Kabupaten Pesisir Selatan, kami berhenti sejenak untuk berfoto di tugu perbatasan yang ada disana. Tugu ini baru saja dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan dan ternyata saat ini menjadi semacam destinasi wisata bagi para pengunjung yang hendak ke Pesisir Selatan. Disini kami hanya sebentar saja untuk mengambil gambar dengan latar belakang tugu yang didominasi warna merah ini.

Wisata tugu perbatasan antara Kota Padang dengan Kabupaten Pesisir Selatan
Wisata tugu perbatasan antara Kota Padang dengan Kabupaten Pesisir Selatan

Usai berfoto kami lanjutkan lagi menuju destinasi selanjutnya yaitu Kawasan Wisata Mandeh yang berada di Carocok Tarusan. Kondisi jalan di Kabupaten Pesisir Selatan sangat baik sehingga kami sangat menikmati perjalanan ini dengan ditemani panorama perbukitan, sungai dan sawah. Segar sekali memandangnya.

Kami sempat berhenti lagi di Pasar Tarusan,Mbak Daniella hendak mencari bumbu – bumbu serta kue khas yang ada di pasar. Sekembalinya ia dari pasar, ia membawa sekantung kue pinukuik, kue khas Pesisir Selatan yang memiliki bentuk dan cita rasa sama seperti pan cake.

Tiba di Simpang Tarusan kami mengambil ke kanan lalu melewati jalan yang relatif sempit menuju Kawasan Wisata Mandeh. Sebelum sampai ke Bukit Mandeh, Om Gigih memberhentikan mobilnya dan mempersilahkan saya dan Alwan untuk shalat Jum’at terlebih dahulu. Ya, meski kami berbeda keyakinan namun antara kami saling menghargai dan menghormati.

Habis shalat lanjut lagi ke Bukit Mandeh yang sudah tidak jauh lagi. Jalanan menuju Bukit Mandeh nampak sedang mengalami proses pelebaran jalan, hal ini guna memudahkan para wisatawan yang hendak berlibur ke Bukit Mandeh karena sebelumnya jalan menuju Bukit Mandeh sangat sempit ditambah menanjak dan menikung yang menyulitkan bagi pengendara.

Akhirnya tibalah kami di Bukit Mandeh yang disebut – sebut Raja Ampat-nya Sumatera Barat, di Bukit Mandeh kami menyaksikan gugusan – gugusan pulau yang berada di dalam Teluk Mandeh diantaranya Pulau Setan, Pulau Sironjong Gadang dan Pulau Sironjong Ketek serta pulau – pulau lainnya yang tidak saya ketahui namanya.

Perahu – perahu wisata nampak wara – wiri di permukaan lautan yang nampak tenang siang itu. Sebenarnya ingin mengajak mereka mengekplore kawasan dalam Teluk Mandeh namun karena keterbatasan waktu kami tidak bisa melakukan hal tersebut sehingga cukup menikmati keindahan Mandeh dari sini saja.

Panorama Bukit Mandeh
Panorama Bukit Mandeh
Kapal - kapal nelayan di Kawasan Teluk Mandeh
Kapal – kapal nelayan di Kawasan Teluk Mandeh
Foto keluarga di Bukit Mandeh
Foto keluarga di Bukit Mandeh

Oke, setelah puas mengabadikan diri dengan latar Teluk Mandeh kami beranjak menuju Pantai Batu Kalang yang masih berada di sisi Kawasan Mandeh tepatnya di Kenagarian Ampang Pulai. Pantai Batu Kalang disebut – sebut memiliki panorama mirip dengan pantai yang ada di Belitung karena pantai ini memiliki batu – batu granit berukuran besar.

Karena musim libur lebaran nampak sekali pantai ini ramai dikunjungi wisatawan bahkan untuk mencari tempat parkir saja sulit jadi saya dan Mbak Daniella memutuskan keluar terlebih dahulu selagi Om Gigih mencari parkir. Baru saja melangkah setengah jalan menuju lokasi batu – batu granit berada, Mbak Daniella ditelpon oleh Om Gigih, rupanya tempat parkir tak kunjung didapat sehingga Om Gigih memutuskan untuk keluar dari sana. Saya dan Mbak Daniella pun kembali ke mobil.

Pantai Batu Kalang
Pantai Batu Kalang
Akses jalan ke lokasi tempat batu - batu granit ala Belitung telah hancur, padahal masih baru lho
Akses jalan ke lokasi tempat batu – batu granit ala Belitung telah hancur, padahal masih baru lho

Oleh tukang parkir kami diarahkan menuju jalan yang berbeda dari jalan tempat kami masuk. Rupanya jalan tersebut ialah jalan baru yang menghubungkan antara Pantai Batu Kalang dengan Carocok Tarusan. Jalan tersebut berupa jalan aspal beton dengan kondisi lebih tinggi dari sisi kanan dan kirinya yang berupa rawa – rawa. Jalan ini masih sepi dan jarang dilalui oleh karena itu kami berhenti menepi untuk mengambil gambar.

Foto di jalan baru menuju Pantai Batu Kalang
Foto di jalan baru menuju Pantai Batu Kalang
Navigatornya juga pengen ikutan eksis
Navigatornya juga pengen ikutan eksis

“ayo, lanjut lagi ke Jembatan Akar” kata saya. Kami pun kembali masuk ke mobil lalu melanjutkan perjalanan menuju Jembatan Akar di Nagari Bayang. Jaraknya masih jauh lagi sekitar 30 Km ke arah Kota Painan.

Tiba di Simpang Pasar Baru kami arahkan ke kiri menuju Nagari Bayang, jika lurus maka akan menuju Painan. Dari simpang tersebut ke Jembatan Akar jaraknya sekitar 19 Km, lumayan jauh.

Memasuki kawasan Nagari Bayang kami melihat di kanan kiri jalan banyak orang yang menjual buah semangka, sepertinya saat itu sedang musimnya.

Memasuki Desa Puluik – Puluik jalan semakin menyempit ditambah lagi ramainya wisatawan yang datang ke Jembatan Akar membuat jalan menjadi macet karena jika sudah bertemu mobil dari arah yang berlawanan salah satunya harus ada yang mengalah. Untuk jarak 700 meter harus kami lalui selama 30 menit.

Akhirnya sampai juga kami di parkiran kawasan wisata Jembatan Akar. Kami membeli tiket masuk sebesar Rp 5.000 untuk orang dewasa dan Rp 3.000 untuk anak – anak. Yang harus saya sesalkan ialah tiket yang kami terima adalah tiket bekas. Tiket yang seharusnya dirobek sebagai tanda tidak berlaku lagi ternyata hanya dipegang oleh petugas pemeriksa tiket untuk dikembalikan lagi ke petugas yang mengurus pembayaran. Saya benci sekali praktik seperti ini karena artinya dana yang akan diserahkan kepada pemerintah tidak sesuai dengan jumlah wisatawan yang masuk.

Kami pun masuk menuruni anak tangga menuju lokasi Jembatan Akar. Saat itu wisatawan yang datang sangat membludak, terjadi antrian yang luar biasa bagi wisatawan yang hendak menyeberangi Jembatan Akar. Karena malas ikut mengantri jadinya kami turun ke Sungai yang harus mengantri pula.

Disini kami hanya bermain sebentar, berfoto dengan latar Jembatan Akar setelah itu kembali ke parkiran.

Foto keluarga dengan latar belakang Jembatan Akar yang unik
Foto keluarga dengan latar belakang Jembatan Akar yang unik

Sebenarnya ingin saya membawa mereka ke Pantai Carocok Painan lalu menikmati semilir angin sore di puncak Bukit Langkisau. Namun, karena waktu telah beranjak sore jadi destinasi yang akan dituju saya ubah ke Air Terjun Bayang Sani yang juga berada di Nagari Bayang. Jaraknya hanya 2 Km dari Jembatan Akar.

Tiket masuk Air Terjun Bayang Sani ialah Rp 5.000 per orangnya. Namun, lagi – lagi tindakan korupsi kecil – kecilan berlaku disini, kami hanya diberi satu tiket saja, alasannya hari sudah sore. Hemm.. alasan yang tidak masuk akal.

Suasana Air Terjun Bayang Sani kala itu sangat ramai baik oleh wisatawan maupun pedagang jauh berbeda dengan kedatangan saya pada bulan Februari lalu.

Sampah bertebaran dimana – mana terutama sisa bungkus makanan, para pembeli maupun pedagang disana seperti acuh dengan sampah – sampah yang juga telah memberikan aroma busuk yang menyengat.

Tujuan kami ke air terjun ini hanyalah untuk makan sore (karena telah jam 4 sore kala itu). Dengan keadaan seperti ini rasanya ingin balik badan ke mobil. Namun rasa lapar yang mendera membuat kami terus mencari tempat untuk makan.

Akhirnya kami mendapatkan tempat yang kami inginkan namun ternyata disana ada sampah popok plus isinya. Ondeh mandeh. Lalu, diputuskan kami makan di pematang sawah di tepian sungai yang kala itu sawahnya sedang kering karena habis panen.

Usai makan sore kami kembali ke Kota Padang perjalanan yang awalnya lancar sampai ketika memasuki Bukit Lampu lalu lintas menjadi tersendat. Entah apa penyebabnya, karena tidak ada kecelakaan, tidak ada parkir sembarang, pokoknya macet. Macet yang gag jelas.

Tiba di Jalan by pass, kami mengarah ke Jalan Nipah karena ingin membeli oleh – oleh keripik sanjay. Sebelum kembali ke rumah, saya bawa mereka untuk mencicipi minuman khas Minang, Teh Telur, lumayan untuk mengembalikan stamina yang lelah setelah perjalanan mengeksplore Pesisir Selatan.

About Author

client-photo-1
M. Catur Nugraha
Masih bekerja sebagai Naval Architect Engineer di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang konstruksi bangunan lepas pantai sejak tahun 2012. Kecintaan kepada kampung halamannya membuat ia memutuskan untuk mendirikan Jelajah Sumbar dengan tujuan memperkenalkan keindahan Bumi Ranah Minang ke khalayak ramai dan mengajaknya untuk berkunjung ke Sumbar. Ia sangat menyukai traveling. Perjalanan yang paling ia senangi antara lain mendaki gunung, trekking ke air terjun, dan berkemah di pulau – pulau kecil. Ia juga gemar menuliskan cerita perjalanannya dan memotret obyek yang ditemuinya. Cita – citanya : menjadikan Sumatera Barat dan Wisata Padang sebagai salah satu destinasi pilihan favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan Internasional.

Comments

Leave a Reply

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.