Trip Report Libur Lebaran : Eksplor Pulau Eksotis di Selatan Padang
image of 1140x530

Perjalanan ini berawal dari chit – chat saya dan Mbak Daniella tentang Jalur Lintas Sumatera beberapa bulan yang lalu, rupanya ia bersama keluarganya akan melakukan road tour Sumatera, perjalanan akan mereka mulai dari tempat asal mereka, Surabaya. Luar biasa, karena tidak semua orang bisa melakukan hal tersebut.

Sekilas tentang Mbak Daniella, ia adalah salah satu peserta Open Trip Belitung yang pernah saya buat setahun yang lalu. Meski trip telah lama usai namun kami masih berkomunikasi dengan baik.

Sumatera Barat menjadi salah satu destinasi yang mereka incar oleh sebab itu setelah mereka puas menikmati keindahan Sumatera Utara, mereka teruskan perjalanan hingga Sumatera Barat dan kebetulan sekali ketika sampainya mereka di Kota Padang bertepatan dengan mudiknya saya dalam rangka mengisi libur lebaran. Jadi waktunya klop banget.

Mereka tiba di Kota Padang jam 10 malam yang ketika itu hujan gerimis menyambut kedatangan mereka. Saya menjemput mereka tepat di depan Masjid Raya Kebenaran yang berada di Jalan Andalas. Setibanya di rumah, kami saling berdiskusi tentang rencana apa yang akan dilakukan selama dua hari di Padang. Lalu  berwisata ke pulau – pulau kecil eksotis khas Sumatera Barat menjadi hasil diskusi kami malam itu.

Pagi telah datang, wajah mereka sekeluarga nampak ceria sekali terutama Andrew dan Audrey buah hati dari Mbak Daniella dan Om Gigih, tidak terlihat wajah lelah meski sudah ribuan kilometer perjalanan yang telah mereka tempuh.

“tur , hari ini kamu yang jadi navigatornya ya, aku tak istirahat dulu” kata Mbak Daniella seraya tertawa. “siap laksanakan” jawab saya. Saya pun duduk di depan menjadi navigator menemani Om Gigih. Oh iya, pada perjalanan ini ikut juga Alwan, adik saya dan Emra, adik sepupu.

Dari Bariang Indah mobil kami arahkan melewati Gantiang yang tembus sampai ke Teluk Bayur.

Lepas dari Teluk Bayur mobil meliuk – liuk menyusuri pinggang bukit yang bersinggungan langsung dengan Samudera Hindia.

Setelah melewati jalan perbukitan tibalah kami di Bungus, di kanan kiri jalan terhampas luas sawah hijau. Sepanjang jalan Bungus banyak kita jumpai rumah makan yang menyajikan menu spesial yaitu Gulai Lauk Ikan Karang.

Saya pun menyarankan mereka untuk mencicipi menu khas Bungus tersebut, saya ajak mereka ke Rumah Makan Pak Malin yang masih memiliki hubungan famili dengan saya. Kami memesan dua porsi gulai lauk ikan karang ukuran besar ditemani dengan sambal jariang (jengkol),  pucuak parancih (daun singkong) dan sambal hijau yang menggugah selera. Selain menunya yang lezat keistimewaan dari rumah makan ini adalah tersediaanya tempat makan secara lesehan yang memiliki pemandangan sawah serta perbukitan.

Sarapan dulu di Rumah Makan Pak Malin
Sarapan dulu di Rumah Makan Pak Malin

Dalam waktu singkat dua porsi gulai lauk ikan karang tinggal tersisa tulangnya saja. Saya tak menyangka kalau mereka suka dengan menu ini. Apalagi Audrey yang senang sekali “mencucu” (saya bingung apa istilahnya dalam bahasa Indonesia) tulang ikan yang masih menempel daging ikan.

“baru kali ini makan enak, sebelumnya pernah makan juga menu seperti ini tapi yang ada Cuma tulang kepala ikan aja” kata Om Gigih

Selain makan, disini kami juga membeli nasi dan lauk sebagai bekal untuk makan siang nanti di pulau..

Akhirnya sampailah kami di persimpangan menuju Sungai Pisang, dari jalan utama menuju Sungai Pisang berjarak sekitar 7 Km, jarak yang terbilang dekat namun jalan tersebut terbagi menjadi 3 Km jalan dengan kondisi bagus dan 4 Km jalan dengan kondisi buruk, selain itu kontur jalannya berupa khas perbukitan dimana terdapat tanjakan, turunan serta tikungan tajam yang bersebelahan langsung dengan jurang yang dalam.

Ini dia jalan menuju Sungai Pisang, ngeri - ngeri sedap pokoknya
Ini dia jalan menuju Sungai Pisang, ngeri – ngeri sedap pokoknya

Di tengah perjalanan ada seorang pemuda mengendarai sepeda motor yang menyapa kami

“adiknya bang Teguh, kan” tanya pemuda jangkung tersebut. “iya, bang” jawab saya. “yuk ikut saya” katanya lagi.

Ternyata ia adalah Bang Fahmi, teman bang Teguh yang berprofesi sebagai tukang antar wisatawan menuju pulau – pulau eskotis khas Sumatera Barat seperti Pasumpahan, Pamutusan dan Pagang. Memang sebelumnya saya telah memesan untuk diantar ke pulau bersama dia atas rekomendasi Bang Teguh yang pernah tiga kali pergi bersamanya.

Kami pun sampai di Sungai Pisang, Ayah bang Fahmi beserta adiknya telah bersiap di tepi pantai bersama perahu miliknya yang bermesinkan 15 PK yang akan mengantarkan kami menuju pulau – pulau yang kami mau yaitu Pulau Pamutusan dan Pulau Pasumpahan.

Hari itu kami sangat beruntung sebab cuaca sedang cerah, langit berwarna biru dihiasi awan – awan putih yang berarak. Saat menuju Pulau Pamutusan kami melewati gugusan – gugusan pulau kecil seperti Pulau Pasumpahan, Pulau Suwarnadwipa, Pulau Sikuai dan pulau – pulau yang saya tidak tahu namanya.

Menuju Pulau Pamutusan, mereka tersenyum dan perahu pun oleng
Menuju Pulau Pamutusan, mereka tersenyum dan perahu pun oleng

30 menit berlayar mengarungi lautan tibalah kami di destinasi pertama kami yaitu Pulau Pamutusan. Segera saya temui penjaga pulau untuk melapor dan membayar uang kebersihan sebesar Rp 15.000 per orangnya.

Tujuan awal kami di pulau ini adalah menaiki bukit yang berada di tengah pulau. Trekkingnya gag susah, Cuma 10 menit aja sudah sampai tapi begitu melihat pantai dengan air laut yang jernih anak – anak langsung nyebur. Ondeh mandeh, ya namanya juga anak – anak

“Hei Andrew, Audrey kita naik bukit dulu baru habis itu main air” pinta sang bunda. Mereka pun menuruti permintaan bundanya. “Asiknya punya anak penurut gini” gumam saya dalam hati

Kami pun bersama mendaki menuju puncak bukit pulau ini. “Nah, ini kita sudah sampai puncaknya, cepat kan? Dan inilah panorama Raja Ampat ala Sumbar” kata saya sembari bangga.

Pulau Pamutusan memiliki panorama yang sangat indah
Pulau Pamutusan memiliki panorama yang sangat indah

Kami pun mengambil foto bersama dengan latar gugusan pulau – pulau cantik kemudian setelah itu kembali turun ke pantai karena anak – anak sudah tidak sabar untuk main air.

Turun kembali, ayo hati - hati jangan sampai terjatuh
Turun kembali, ayo hati – hati jangan sampai terjatuh

Jika anak – anak sibuk main air, saya dan mbak Daniella lebih memilih bersantai menggantung di hummock yang saya bawa. Mbak Daniella asik senyam senyum, sepertinya ia bahagia melihat anak – anaknya bahagia. Saya sendiri santai sambil membaca buku Catatan Perjalanan Merobek Sumatra karya Fatris MF yang ternyata ia juga urang awak.

Puas bermain air di Pulau Pamutusan kami beranjak menuju destinasi selanjutnya yaitu Pulau Pasumpahan. Di pulau yang konon cerita Malin Kundang berasal ini kami hendak makan siang, kami pun mencari tempat paling asik untuk membuka bekal sembari makan bersama. Menu makan siang ini berupa ikan bakar dan ikan goreng serta sambal cabai merah. Rasanya? Ondeh mandeh, lamak bana, rumah makan Pak Malin memang jago banget mengolah ikan menjadi lauk yang lezat yang membuat lidang bergoyang.

Menuju destinasi selanjutnya Pulau Pasumpahan
Menuju destinasi selanjutnya Pulau Pasumpahan
Anak orang aja disayang, apalagi anak kita nantinya, ups..
Anak orang aja disayang, apalagi anak kita nantinya, ups..

Lepas makan siang anak – anak ditemani Om Gigih kembali bermain air. Saya sendiri asik mengambil gambar sekitar pulau yang saat itu sedang ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah.

Makan siang di Pulau Pasumpahan, abaikan dua orang pemuda berpakaian warna merah dibelakang ya
Makan siang di Pulau Pasumpahan, abaikan dua orang pemuda berpakaian warna merah dibelakang ya
Habis makan, anak - anak kembali bermain air, yah namanya juga anak - anak
Habis makan, anak – anak kembali bermain air, yah namanya juga anak – anak

Hari semakin sore, langit pun berpesta pora dengan kemilau cahaya keemasan tanda mentari semakin ke barat. Om Gigih meminta untuk kembali ke Sungai Pisang supaya kami bisa sampai ke jalan utama sebelum hari gelap mengingat medan yang harus dilalui sangat ekstrim. Saya menelpon Bang Fahmi agar menjemput kami. 5 menit, 10 menit, hingga 15 menit belum datang – datang juga perahunya. Setelah 30 menit menunggu barulah perahu datang yang rupanya baru saja mengantar wisatawan ke Pulau Pamutusan, pantas saja lama. Memang di saat libur lebaran seperti ini para penyedia jasa antar ke pulau sedang panen orderan. Jika di hari biasa satu perahu bisa kita sewa Rp 350.000 seharian namun untuk libur lebaran harga naik menjadi Rp 550.000 dan itu pun si mpunya perahu tidak sepenuhnya menemani kita, ia berhak untuk mondar – mandir Sungai Pisang ke pulau – pulau yang diinginkan wisatawan.

Foto bersama di Pulau Pasumpahan sebelum balik ke Sungai Pisang
Foto bersama di Pulau Pasumpahan sebelum balik ke Sungai Pisang

Kami kembali lagi ke daratan Sumatera, kemudian mencoba untuk bersih – bersih di rumah wagra namun sayang tidak ada air bersih sore itu di rumah – rumah warga karena sumber air saat itu Sungai Pisang sedang mengalami mati lisrik, jika mau bilas harus berjalan kaki menuju WC umum, tidak ingin membuang waktu terlalu lama kami meminta izin ke salah satu rumah warga untuk mengganti pakaian saja.

Setelah semuanya beres kami pun meninggalkan Sungai Pisang, huft.. aroma amis dari air laut yang menguap dari kulit tercium di dalam mobil.

Kami berhasil keluar dari jalan ekstrim sebelum hari gelap, kemudian perjalanan menuju Kota Padang ramai lancar. Sebelum kembali ke rumah saya mengatar mereka menuju pusat oleh – oleh Christine Hakim di jalan Nipah yang juga berdekatan dengan Jembatan Siti Nurbaya kemudian dilanjutkan lagi menyusuri jalan di depan Pantai Padang hingga Pantai Purus dimana terdapat taman – taman baru yang dibuat oleh Pemko Padang yaitu Taman IORA, Taman Muaro Lasak dan yang terbaru adalah Monumen Merpati Perdamaian.

“bagus kan Kota Padang” ucap saya sembari membanggakan Kota Padang

About Author

client-photo-1
M. Catur Nugraha
Masih bekerja sebagai Naval Architect Engineer di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang konstruksi bangunan lepas pantai sejak tahun 2012. Kecintaan kepada kampung halamannya membuat ia memutuskan untuk mendirikan Jelajah Sumbar dengan tujuan memperkenalkan keindahan Bumi Ranah Minang ke khalayak ramai dan mengajaknya untuk berkunjung ke Sumbar. Ia sangat menyukai traveling. Perjalanan yang paling ia senangi antara lain mendaki gunung, trekking ke air terjun, dan berkemah di pulau – pulau kecil. Ia juga gemar menuliskan cerita perjalanannya dan memotret obyek yang ditemuinya. Cita – citanya : menjadikan Sumatera Barat dan Wisata Padang sebagai salah satu destinasi pilihan favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan Internasional.

Comments

Nooryanti Rita
July 25, 2016
Luar biasa trip tante daniella n om gigih ...pesona Kota Padang sangat indah juga pantainya next time saya pengen seperti keluarga tante daniella....Menjelajah Indonesia dengan pesonanya yg Indah
admin
July 26, 2016
Ayo, Mbak Rita, jelajahi Sumbar bersama kami :)
December 21, 2017
Ada kontak nya si mas fahmi kah ?
December 21, 2017
Selain Uda Fahmi, bisa juga ke Ayah Ali nomornya 081266098221

Leave a Reply

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.