M. Catur Nugraha, Author at Jelajah Sumbar

Women’s Club Adventure Jelajah Sumbar 25 – 27 Juli 2019

Pada 25 – 27 Juli 2019, kami kedatangan ibu – ibu kece dari Women’s Club Adventure, mereka adalah group yang tergabung dalam Ikatan Istri Karyawan Garuda. Tour Jelajah Sumbar yang dipilih adalah Paket Tour Padang 3D2N C. Pada tour ini kami mengajak menjelajahi berbagai destinasi wisata yang ada di Ranah Minang seperti Air Terjun Lembah

Cari Kain Tenun Khas Pandai Sikek, Ke Satu Karya Aja

Pandai Sikek adalah nama sebuah nagari atau desa yang berada di kaki Gunung Singgalang. Secara administratif desa ini masuk dalam wilayah Kecamatan Sepuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Berada di kaki gunung tentunya hawa di desa ini begitu sejuk, ditambah dengan panorama alam yang indah, membuat siapapun akan betah berada disini. Desa Pandai Sikek dikenal sebagai tempat kerajinan tenun dengan kualitas premium. Bahkan ada yang mengatakan tiap wanita yang berasal dari Pandai Sikek, diharuskan memiliki keahlian menenun. Karena panorama alam serta kerajinan tenunnya yang sama – sama memikat, Desa Pandai Sikek menjadi salah satu destinasi wisata yang kerap kali dikunjungi oleh wisatawan. Begitu pun dengan Paket Tour Padang Bukittinggi yang kami tawarkan, selalu menjadikan desa ini sebagai tempat pemberhentian sebelum menuju Bukittinggi. Disini terdapat banyak gerai yang menjajakan hasil tenunan, salah satu yang paling direkomendasikan untuk rombongan wisatawan adalah Satu Karya milik Hj Erma Yunilta. Toko Satu Karya menjual berbagai pakaian dan hasil kerajinan tradisional khas Pandai Sikek dengan pilihan yang cukup lengkap. Keunggulan lainnya dari Satu Karya ialah memiliki area parkir yang cukup luas serta pemandangan yang menghadap langsung ke Gunung Singgalang. Jadi bikin betah buat yang lagi belanja maupun yang sekedar menunggu rekan, istrinya belanja. Bermacam pakaian dengan warna agak mencolok dan dibordir indah dijual disini, selain itu kita juga bisa mendapatkan perlengkapan sehari – hari seperti sandal, selop, kopiah dan banyak lagi. Di dalam gerai Satu Karya terdapat sebuah peralatan tenun tradisional, biasanya ada saja pengunjung yang mencoba untuk menenun atau sekedar berpose untuk diambilkan fotonya. By the way, secara spesifik kain tenun songket karya para perajin daerah Pandai Sikek mempunyai tiga jenis motif wajib yang selalu ditampilkan dalam setiap pembuatan kain tenun, baik dalam pembuatan kain tenun songket sebagai perangkat upacara adat, maupun sebagai produk – produk praktis. Adapun ketiga jenis motif tersebut yaitu motif

Pandai Sikek adalah nama sebuah nagari atau desa yang berada di kaki Gunung Singgalang. Secara administratif desa ini masuk dalam wilayah Kecamatan Sepuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Berada di kaki gunung tentunya hawa di desa ini begitu sejuk, ditambah dengan panorama alam yang indah, membuat siapapun akan betah berada disini. Desa Pandai Sikek

Jelajah Sumbar 6 : Sawahlunto di Malam Hari

Acara pacu anjing selesai, para peserta telah meninggalkan area Lapangan Ombilin. Suasana yang tadinya riuh menjadi sepi. Sementara itu sebagian anak – anak masih bertahan disana, mereka bermain lari – larian, beradu siapa yang paling cepat. Baca juga : Serunya Acara Pacu Anjing Sawahlunto Mendekati waktu maghrib, saya kembali ke hotel. Membersihkan diri setelah perjalanan yang cukup panjang dari Padang hingga Sawahlunto. Maghrib baru saja usai, tiba – tiba hujan deras mengguyur Kota Sawahlunto. Rencana saya untuk menjelajahi Sawahlunto di malam hari tertunda. Satu jam kemudian, hujan reda. Saya langsung memulai jalan – jalan yang hanya sekedar membunuh waktu, sebab sendirian di kamar itu sangat membosankan. Sawahlunto di malam hari sangat sepi, keramaian hanya terasa di lapangan segitiga dan pasar. Selebihnya sepi. Apalagi jika telah melewati jam 8 malam. Tak jauh dari hotel tempat saya menginap ada beberapa bangunan peninggalan Belanda diantaranya Gedung Societiet, gedung ini bangun tahun 1920, digunakan sebagai tempat para pejabat Belanda dan Eropa lainnya melepaskan lelah setelah beraktivitas. Sekarang gedung ini menjadi Pusat Kebudayaan Sawahlunto. Beranjak dari Societiet, saya berjalan ke arah Lapangan Segitiga, disini ada gedung milik Bukit Asam. Nuansa Eropanya begitu terasa, gedung ini pastinya menjadi salah satu spot yang instagramable di Sawahlunto. Di malam hari gedung yang dicat warna orange (sekarang dicat putih) terlihat sangat cantik bermandikan cahaya lampu (lihat feature image) Selanjutnya saya ke Masjid Nurul Iman Sawahlunto. Dulunya masjid ini merupakan PLTU yang dibangun kolonial Belanda. Bangunan masjid ini pun juga nampak cantik di malam hari. Menara yang dulunya merupakan cerobong asap diberi lampu LED berwarna hijau dan merah. Masjid Nurul Iman Sawahlunto di malam hari Penjelajahan saya berakhir di Puncak Cemara, dari sini saya bisa menyaksikan kelap – kelip Kota Sawahlunto dari ketinggian, sayangnya saya tidak membawa tripod sehingga tidak dapat memotret pemandangan Sawahlunto di malam hari dengan tajam. Puas mengelilingi

Acara pacu anjing selesai, para peserta telah meninggalkan area Lapangan Ombilin. Suasana yang tadinya riuh menjadi sepi. Sementara itu sebagian anak – anak masih bertahan disana, mereka bermain lari – larian, beradu siapa yang paling cepat. Baca juga : Serunya Acara Pacu Anjing Sawahlunto Mendekati waktu maghrib, saya kembali ke hotel. Membersihkan diri setelah perjalanan

Melihat Lebih Dekat, Masjid Raya Ganting di Kota Padang

Dalam buku berjudul 100 Masjid Terindah di Indonesia, Masjid Raya Ganting di Kota Padang termasuk dalam salah satunya. Bagi kami sangatlah wajar sebab masjid yang berada di Jalan Ganting, Kelurahan Ganting Parak Gadang, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang ini memiliki bentuk bangunan yang indah dan unik. Masjid Raya Ganting memiliki ukuran 30 x 30 meter,

Santai Sejenak di Dangau Kawa Biaro

Di tepi Jalan Raya Batusangkar – Bukittinggi, terdapat sebuah kedai sederhana dan jauh dari kesan futuristik maupun instagramable. Namun kedai ini sangat ramai oleh pengunjung terutama di sore hari. Kedai ini ialah Dangau Kawa Biaro. Bagian depan dari dari kedai ini berupa gonjong yang menjadi ciri khas bangunan di Ranah Minang. Selebihnya ia hanya kedai

Author: M. Catur Nugraha

Women’s Club Adventure Jelajah Sumbar 25 – 27 Juli 2019

Cari Kain Tenun Khas Pandai Sikek, Ke Satu Karya Aja

Jelajah Sumbar 6 : Sawahlunto di Malam Hari

Melihat Lebih Dekat, Masjid Raya Ganting di Kota Padang

Santai Sejenak di Dangau Kawa Biaro