“Matahari kan bersinar sayang Mendung kan tertiup angin Burung – burung kan bernyanyi sayang Menghibur hati yang sedih Hujan pun akan berhenti sayang, Alam pun akan berseri” Kutipan lirik lagu dari Koes Plus berjudul Hidup yang sepi nampaknya tepat menggambarkan suasana usai kami shalat zhuhur di Masjid Tuo Kayu Jao. Hujan reda, kabut menghilang, awan

Padang – Sitinjau Laut – Alahan Panjang – Danau Kembar – Solok Via Muaro Paneh dan berakhir di Kota Muaro Sijunjung. Itulah rute perjalanan kami hari pertama. Kami baru memulai perjalanan ketika hampir semua anak dan cucu oma kembali ke kota-nya masing – masing. Hari itu langit ditutupin oleh awan mendung ditambah lagi dengan suara

Sebelumnya saya tidak pernah menyangka akan mendapatkan pengalaman ini. Bagaimana tidak? Perjalanan ini adalah perjalanan terlama dan terpanjang selama saya mulai menggeluti diri sebagai travel blogger amatiran. Bersama Alwan, adik paling bungsu, kami menempuh perjalanan selama 6 hari mengeliligi Sumatera Barat dan total jarak yang kami tempuh adalah 655 Km. Bukan menggunakan moda transportasi mobil,

Hari kedua, pagi – pagi Mbak Daniella sudah siap sedangkan saya masih terlelap dalam tidur efek dari menonton semifinal Euro 2016 antara Jerman Vs Perancis yang dimenangkan oleh Perancis dengan skor 2 – 0. “bang, bangun, bang, temannya sudah siap tuh” ucap Alwan sembari menggerak – gerakan tubuh saya yang sedang berada di alam mimpi.

Perjalanan ini berawal dari chit – chat saya dan Mbak Daniella tentang Jalur Lintas Sumatera beberapa bulan yang lalu, rupanya ia bersama keluarganya akan melakukan road tour Sumatera, perjalanan akan mereka mulai dari tempat asal mereka, Surabaya. Luar biasa, karena tidak semua orang bisa melakukan hal tersebut. Sekilas tentang Mbak Daniella, ia adalah salah satu