Gunung Merbabu yang berada di Jawa Tengah merupakan salah satu gunung favorit di Pulau Jawa bagi para pendaki untuk dicapai puncaknya. Menuju puncak Gunung Merbabu bisa melalui berbagai jalur dan pada catatan perjalanan Gunung Merbabu ini jalur yang digunakan adalah Jalur Selo, Boyolali, Jawa Tengah. Jalur Selo merupakan jalur paling panjang dibanding jalur lainnya namun treknya lebih ringan karena banyak jalur landainya selain itu pemandangan di jalur ini sangat indah yaitu berupa sabana serta Gunung Merapi
Siapkan kopi, cemilan sembari nyimak catper ini yuk.
Baca juga Catper menarik lainnya
Catper Gunung Singgalang Sumbar
Cerita Pekerja Kantoran Mendaki Gunung Gede
Tanggal dan Tempat
19 – 21 September 2014, Gunung Merbabu Via Jalur Selo, Boyolali, Jawa Tengah
How To Get There
Gunung Merbabu bisa didaki melalui beberapa jalur yaitu Kopeng, Thekelan, Cunthel, Wekas dan Selo. Karena pada cerita ini kami mendaki naik dan turun melalui jalur Selo maka yang dijelaskan adalah cara ke titik pendakian jalur Selo
Ada 2 pilihan cara yaitu ngeteng dan ekspress
Cara ngeteng adalah sebagai berikut
- Dari Jakarta naik Kereta tujuan Solo Jebres/Balapan/Purwosari
- Dari Stasiun Solo Jebres/Balapan menuju ke Terminal Tirtonadi bisa naik ojek, becak atau jalan kaki. Yang paling enak itu dari Stasiun Purwosari soalnya tinggal jalan kaki sebentar ke Simpang Kerten tempat dimana bus ke Semarang ngetem. Intinya kita naik bus tujuan ke Semarang turun di Rumah Sakit Pandan Arang, Boyolali, ongkosnya adalah Rp 13000
- Dari Rumah Sakit Pandan Arang naik mikrobis tujuan Pasar Cepogo dengan ongkos Rp 4000
- Dari Pasar Cepogo naik mikrobis tujuan Pasar Selo turun di depan Polsek Selo dengan ongkos Rp 4000
- Dari Pasar Selo/Polsek Selo menuju basecamp Gunung Merbabu Jalur Selo tidak ada angkutan, jadi caranya adalah dengan sewa mobil bak terbuka (kalo rame2), kalo Cuma berduaan aja sama pacar, ciye nanjaknya berdua.. skip.. itu bisa naik ojek dengan ongkos Rp 15000, atau bisa jalan kaki dengan jarak sejauh 3 Km.
- Nyampe deh basecamp Selo, ada 3 basecamp, tapi yang saya kenal Cuma basecamp Pak Bari
Cara Ekpress
- Dari Jakarta naik Kereta tujuan Solo Jebres/Balapan/Purwosari
- Hubungi Pak Bari untuk menjemput di stasiun (kalo bisa 1 bulan sebelumnya soalnya banyak yang pesan minta dijemput), nanti Pak Bari akan menjemput di stasiun dengan mobil APV warna merah maroonnya, itu bisa buat 7 orang. Dari Solo menuju Basecamp Pak Bari itu ongkosnya adalah Rp 300000 (sebelum kenaikan BBM)
- Sampai deh di Basecamp Selo, cepet kan.
Nah, di catper ini kami menggunakan cara ekpress
Retribusi Pendakian
Jika kelompok kamu kurang dari 15 orang maka per orangnya adalah Rp 12500, nah kalo 15 orang atau lebih hanya Rp 8000.
Don’t Forget
Jalur Selo tidak terdapat sumber air, jadi persiapkan air yang cukup, kalo bisa sih lebih buat jaga – jaga.
Nah, lengkap kan informasinya, sekarang dibagian serunya nih, Catatan Perjalanan
Catatan Perjalanan
Awalnya pendakian ini dimulai dari obrolan saya dengan Mas Nanda disela – sela sibuknya pekerjaan kami. Mas Nanda bilang kepengen banget ke Gunung Merbabu setelah dia searching2 image di google kata “Merbabu” yang keluar itu foto – foto pemandangan indah. Lalu tercetuslah gagasan untuk mendaki Gunung Merbabu, nah karena saya sudah pernah kesana sebelumnya maka saya jadi leadernya.
Berhubung transportasi ke Selo agak ribet maka saya kepenginnya pakai antar jemputnya Pak Bari, oleh karena itu supaya biaya sewanya bisa murah maka saya harus mengajak teman – teman yang lain. Setelah koar – koar di media sosial terkumpulah 8 orang yaitu saya, Mas Nanda, Kaca, Galih, Flo, Afif, Rakha dan Arda temen kuliah saya waktu di Teknik Kelautan ITS.
Kecuali Rakha dan Kaca, kami semua berangkat dari Pasar Senen jam 23.10 menggunakan Kereta Jaka Tingkir tujuan Solo Purwosari. Ongkos kereta Jaka Tingkir waktu itu Rp 95000. Oh iya, Kaca ga bareng kami soalnya dia naik kereta dari Bandung sedangkan Rakha naik kereta Brantas jam 16.00 jadi dia nyampe duluan di Solo.
Perjalanan ternyata tidak selancar yang diharapkan, jam 05.00 kami dihadapi oleh situasi yang kurang menyenangkan yaitu kereta mogok! Lokasinya itu di perbatasan Kabupaten Banyumas dan Brebes di atas kereta mogok ini terdapat jembatan dimana ramai sekali kendaran yang berlalu lalang disana. Saya dengan tingkat ke kepoan yang tinggi berusaha bertanya kepada petugas “Ada apa nih, kok keretanya berhenti, mas”? Tanya saya. Si petugas menjawab sekenanya aja “ndak tau, mas. Kayaknya lokonya rusak” Waduuuuh.
Jam 07.00, 2 jam setelah kereta mogok terdengar bunyi klakson dari loko yang berasal dari Dipo Induk Purwokerto. Loko itu pun dipasang sedemikian rupa supaya bisa menarik loko yang mogok beserta rangkaiannya. Akhirnya jam 07.30 kereta mulai jalan kembali. Alhamdulillah
Jam 08.00 sampailah kami di Stasiun Purwokerto, wah ini udah telat banget dari jadwal, kira – kira kereta baru sampai di Stasiun Purwosari sekitar 4 jam lagi. Buru – buru saya sampaiin kabar ke Pak Bari tentang masalah kereta tadi dan memperkirakan kami baru akan sampai sekitar jam 12.00. Stasiun Kutoarjo, Wates, Lempuyangan dilewati dengan lancar jaya, pas sampai di Lempuyangan saya kabari lagi posisi kami. Pak Bari menjawab sudah mau siap jalan menuju Purwosari.
STASIUN PURWOSARI – BASECAMP PAK BARI, SELO
Jam 12.00, akhirnya sampai juga kami di Stasiun Purwosari, pas turun dari kereta kami disambut oleh beberapa pegawai KAI yang membagikan roti isi keju dan aqua gelas kepada penumpang seraya mengucapkan maaf atas keterlambatan kereta.
Saya langsung kontak lagi ke Pak Bari bilang kalo kami sudah sampai di Stasiun Purwosari, Pak Bari bilang lagi otewe. Ya udah, sembari nunggu Pak Bari nyampe kami menuju warung makan di depan stasiun namanya Warung Makan Lampu Ijo, disana sudah menunggu sejak lama rekan kami yaitu Mbak Kaca dan Bang Rakha. Karena udah pada kelaperan langsung deh kami mesen makan siang, ada yang mesen nasi gudeg, nasi liwet juga nasi rames. Untuk harganya lumayan lah, seporsi nasi rames telor dan minum es teh Cuma kena 13 ribu.
Jam 13.00, udah jam segini Pak Bari belum juga tiba, wah saya jadi kalut banget nih, gan. 30 menit kemudian datanglah mobil Suzuki APV warna merah maroon di depan Stasiun Purwosari. Nah, saya yakin banget nih Pak Bari udah nyampe. Saya langsung di telponin, terus saya samperin ke mobilnya, nah benar kan. Tapi yang jemput bukan Pak Bari tapi Mas Tugimin yang merupakan anaknya Pak Bari. Saya langsung panggil temen2 supaya segera ke mobil. Keril2 seukuran kulkas mini ditaruh di kap mobil, Mas Tugimin dengan sigap langsung menata dan mengikat keril2 itu.
Setelah beres, langsung deh Mas Tugimin menancapkan pedas gas mobilnya menuju Basecamp Selo. Di tengah perjalanan mas Tugimin menjelaskan kondisi terakhir Merbabu yang katanya lagi masuk ke musim kemarau jadi kondisi jalur penuh berdebu, kami menyimak dengan seksama. Oh iya, pas sampe Pasar Cepogo kami meminta untuk berhenti dulu untuk membeli logistik berupa sayur – sayuran untuk dimasak pas nge-camp nanti. Kami kaget banget soalnya dengan sayuran berupa selada, wortel, kentang, daun bawang sebanyak itu Cuma dikenakan harga 25 ribu. Selain sayuran kami juga membeli air minum, karena jalur Selo ini gag ada sumber air maka untuk yang cowo bawa 5 liter, kalo yang cewe cukup 3 liter aja. Udah beres sama logistiknya kami pun melanjutkan lagi perjalanan.
Jam 16.30 sampailah kami di Basecamp Pak Bari, suasanannya waktu itu rame banget, didominasi oleh para pendaki asal Jawa Tengah. Saya langsung mengurus retribusi untuk masuk ke Taman Nasional Gunung Merbabu, pas lagi ngurus ini langsung disambut ramah sama Pak Bari. Oh iya, untuk biaya retribusi mengalami kenaikan yang tadinya Cuma Rp 4500 per orang sekarang jadi Rp 12500 (jika rombongan kurang dari 15) tapi kalo lebih dari 15 biayanya Rp 8000 per orang.
Habis beres sama pendaftaran n retribusi kami langsung packing ulang sebagian lainnya nyuci sayuran yang tadi dibeli di halaman belakang rumah Pak Bari. Udah beres semuanya kami pun siap untuk memulai pendakian, sebelum beranjak dari basecamp kami foto – foto dulu disini. Oh iya pas mau berangkat, Pak Bari juga mengatakan hal yang sama dikatakan Mas Tugimin kalo kondisi jalur lagi sangat berdebu jadi disarankan untuk memakai masker,“tuh lihat yang baru turun pada jadi bule semua kan, pokoknya wong cantik habis turun jadi jelek” begitu kata pak Bari seraya tertawa.
PENDAKIANNYA
Tepat jam 17.00 pendakian pun dimulai, berjalan sebentar langsung ketemu Gapura Jalur Pendakian Selo, foto – foto lagi disini. Sepertinya sudah menjadi kewajiban bagi kelompok pendaki manapun untuk berfoto di gapura ini.
Wah, benar aja apa yang dibilang sama Pak Bari barusan, kondisi jalur sangat kering dan tanah yang berupa vulkanis itu jika sedang musim kemarau akan berubah menjadi partikel – partikel kecil alias debu jika dipijak. Ditambah lagi para pendaki yang turun dengan cara berlari membuat makin banyak aja tuh debu.
Setelah berjalan selama 1 jam 15 menit sampailah kami di Pos 1 atau disebut juga Pos Dok Malang. Ramai sekali para pendaki yang beristirahat sejenak di pos ini. Sekitar 5 menit kemudian kami melanjutkan lagi pendakian, awal perjalanan dari pos 1 menuju pos 2 ini enak banget, jalurnya landai. Tapi habis itu mulai nanjak lagi apalagi pas lewatin tikungan macan. Nah habis tikungan macan ada semacam pos bayangan gitu. Disana ada plang penunjuk arah menuju Puncak kenteng Songo dan Pos 2 yang dilengkapi jaraknya juga. Dari plang itu katanya jarak ke pos 2 masih 1 Km lagi.
Jam 8an sampailah kami di Pos 2 atau Pos Pandean, kondisi posnya lebih sempit daripada Pos 1. Paling Cuma bisa diriin 2 tenda ukuran 4 orang lah. Lanjut jalan lagi dari Pos 2 menuju Pos 3. Vegetasi di jalur ini mulai terbuka dan dijalur ini mesti hati – hati soalnya banyak ditumbuhi tumbuhan berduri. Jalur pun makin menanjak, dengan semangat pantang menyerah kami pun sampai di Pos 3 atau Pos Watu Tulis sekian jam kemudian.
Di Pos Watu Tulis ini kami beristirahat agak lama soalnya kami belum makan malam padahal sudah waktunya, beruntung dari kami ada yang bawa pisang, ampyang yang cukup bisa mengganjal perut. Nah, pas mau lanjutin jalan lagi menuju Pos 4 atau Sabana 1 kami harus menyiapkan mental dan fisik yang prima soalnya pendakian merbabu melalui jalur Selo trek terberatnya adalah saat dari Watu Tulis ke Sabana 1 karena kita harus mendaki bukit yang lumayan tinggi dan banyak jalur yang nantinya akan berujung sama. Kita bisa memilih jalur kiri, kanan atau pun tengah nah karena udah malam trek yang paling jelas dan ga bercabang2 itu trek yang kiri kami pun melewati jalur kiri itu dan ampun banget nih jalur. Kemiringannya sangat curam, mungkin sekitar 70 – 85 derajat. Seringkali kami berhenti untuk mengambil nafas yang sudah terengah – engah.
Akhirnya jam tepat jam 23.00 kami sampai di Sabana 1, sudah banyak tenda – tenda yang berdiri disana, kami pun mencari tempat untuk mendirikan 3 tenda kami. Bingo! Kami masih mendapatkan tempat yang rata sehingga nyaman untuk mendirikan tenda. Dengan kerja sama yang apik 3 tenda bisa didirikan dalam waktu yang singkat. Langsung deh kami keluarkan logistik dan perlengkapan masak. Dengan sigap langsung terbagi kelompok masak gitu, ada yang masak nasi, masak sarden n masak sop (hal – hal kerjasama yang seperti ini nih yang saya suka dalam pendakian). Kurang lebih 1,5 jam masak2nya akhirnya kami bisa makan malam (yang udah telat banget) dengan menu sarden dan sayur sop itu. Pokoknya nikmat banget. Setelah makan kami langsung masuk ke dalam tenda kami masing – masing untuk istirahat, karena saat itu musim kemarau maka dinginnya gunung sangatlah dingin. Saya aja sampai menggigil padahal udah pake sleeping bag. Ga kebayang tuh sama pendaki – pendaki yang saya lihat tidur diluar tenda hanya beralaskan matras seadanya dan sleeping bag-nya hanya berupa jas hujan (ponco).
Sabana 1, 21 September 2014
Pagi hari sudah terasa ramai, orang – orang di luar tenda berteriak – teriak kegirangan melihat sunrise padahal itu baru berupa semburat warna orange aja, mataharinya belum nongol. Mas Nanda yang semalam ngeluh pusing pas dengar orang teriak sunrise langsung bangun dan menyiapkan perlengkapan fotografinya. Ga usah jauh – jauh karena dari belakang tenda udah bisa lihat sunrisenya lengkap karena ada latar Gunung Lawu juga.
MENUJU PUNCAK
Matahari makin naik, keadaan yang semula sangat dingin berubah menjadi hangat. Semuanya pun sudah siap untuk summit menuju Puncak Gunung Merbabu. Masing – masing dari kami sudah menyiapkan bekal dan air minum. Dan jam 07.30 kami memulai lagi perjalanan ini.
Dari Sabana 1 ke Sabana 2 awalnya berupa jalur yang datar dan menurun, setelah itu langsung menanjak kembali. Akhir dari tanjakan itu jika kita melihat ke arah belakang maka sang Gunung Merapi akan menyapa kita, duuuh indahnya. Sepanjang jalan kami sering kali berhenti untuk berfoto. Memang Gunung Merbabu Via Selo ini menawarkan pesona landscape yang sangat indah. Kami pun sampai di Sabana 2, banyak juga tenda yang berdiri disini, awalnya kami ingin nge-camp disini juga supaya lebih dekat dengan puncak tapi karena sampai sabana 1 aja udah jam 11 malam kami urung.
Di Sabana 2 jalur kembali datar, kemudian memasuki kebun Edelweis (ya kebun karena banyak ditumbuhi edelweiss) kemudian menanjak lagi. Di akhir tanjakan tersebut terdapat sebuah kenteng, kami istirahat dulu disini. Kemudian kami lanjutkan lagi menuju puncaknya, jalur menanjak nan penuh debu, apalagi kalo ada pendaki yang turun dengan cara berlari duh debunya ampun deh. Nantinya di tanjakan tersebut akan ada cabang yang jika lurus ke Puncak Triangulasi kalo ke kanan melipir akan sampai ke Puncak Kenteng Songo, kami memilih ke kanan karena jalurnya lebih landai.
Akhirnya jam 7an sampailah kami di Puncak Kenteng Songo, raut wajah bahagia nampak dari kami, begitu juga dengan pendaki – pendaki lainnya, ada juga yang lagi merayakan wisudanya di gunung dengan memakai toga dan baju wisudanya, ada yang mencorat – coret di kertas untuk mengucapkan selamat kepada teman – temannya dan banyak lagi aksi pendaki ketika sampai di puncak. Saya sendiri rasanya bahagia banget bisa bawa teman – teman mendaki bersama dan sampai hingga puncak.
Setelah foto – foto bersama di Puncak Kenteng Songo kami menuju Puncak Triangulasi yang merupakan puncak tertinggi Gunung Merbabu. Hanya berjalan 5 menit dari Puncak Kenteng Songo kami pun sampai di Puncak Triangulasi. Kami pun mengabadikan kebersamaan kami di puncak ini. Karena cuaca yang cerah kami bisa melihat puncak – puncak gunung lainnya yaitu Gunung Sumbing dan Sindoro, Lawu dan jelas Gunung Merapi yang sangat dekat dengan kami. Puas menikmati puncak kami pun turun kembali ke Sabana 1. Saya sama Arda berinisiatif untuk sampai lebih dulu supaya bisa memulai masak lebih awal.
Hanya butuh 1 jam aja saya sama Arda sampai di Sabana 1, langsung deh si Arda masak nasi, saya sendiri gorengin beef burger. Akhirnya satu per satu dari kami sampai di Sabana 1, kalo udah lengkap gini makin asik masak – masaknya jadi bisa saling bantu. Dan 1 jam kemudian selesai lah masak – masaknya, menu makan siang waktu itu beef burger (lengkap dengan sayurannya , selada n tomat), omelet, dan nugget. Hanya dalam waktu yang singkat makanan itu habis dilahap. Alhamdulillah.
Habis makan, kami pun langsung packing buat turun kembali ke basecamp Selo. Jam 2an kami mulai perjalanan turun ini. Dari Sabana 1 ke Watu Tulis hanya butuh waktu 30 menit padahal pas nanjaknya habis waktu sekitar 2 jam, haha. Berhenti sebentar di Watu Tulis, kami lanjut lagi ke Pos 2, ini lebih singkat lagi hanya 15 menit aja udah sampe. Lanjut lagi ke Pos 1, nah ini lumayan lama sekitar 45 menit. Pos 1 ke Basecamp sepertinya jarak yang paling jauh karena butuh waktu 1 jam.
Jam 17.30 kami pun sampai kembali di Basecamp Pak Bari, saya langsung lapor ke Pak Bari dan mengkonfirmasi mobil untuk kepulangan kami ke Stasiun Semarang Tawang n Poncol. Dan Pak Bari bilang udah siap. Siphlah kalo gitu. Sebelum pulang, kami memesan dulu nasi goreng dan teh manis hangat, rasanya nikmat banget harganya untuk menu tersebut 12 ribu aja (naik 2 ribu, waktu bulan Mei masih 10 ribu)
Habis makan, mobil n Mas Tugimin udah siap, dengan sigap mas Tugimin menata keril diatas mobil dan sebagian ditaruh dibelakang. Pas pulang ini Pak Bari juga ikut serta soalnya Mas Tugimin kecapean habis anterin kelompok pendaki ke Lempuyangan. Jadinya dempet2an dah kita, hahaha…
Setelah 3 jam perjalanan Selo – Semarang sampailah kami di Stasiun Semarang Tawang, disini Cuma Mbak Kaca aja yang turun untuk melanjutkan perjalanannya menuju Bandung menggunakan kereta Harina. Habis pamit – pamitan lanjut lagi ke Stasiun Semarang Poncol yang jaraknya gag begitu jauh dari Stasiun Semarang Tawang.
Akhirnya sampailah kami di Stasiun Semarang Poncol, keril – keril langsung diturunin, habis itu sayabayar deh biaya carter mobilnya ke Pak Bari. Dan kami pun pamit – pamitan sama Pak Bari n Mas Tugimin seraya mengucapkan terima kasih. Karena masih lama nunggu kereta yang masih 3 jam lagi kami bisa ke toilet untuk bersih – bersih, habis itu cari makan diluar stasiun.
Stasiun Semarang Poncol, Senin, 22 September 2014 Jam 01.00
Kereta Kertajaya pun tiba, kami segera menuju gerbong sesuai yang tertera di tiket dan duduk di masing – masing bangku sesuai dengan nomornya. Eh tapi ya ampun, ini AC-nya dingin banget tertera angka 21 derajat celcius di AC-nya. Rasa – rasanya pengen tidur pakai sleeping bag ajalah.
Jam 08.00, sampailah Kereta Kertajaya di Stasiun Pasar Senen, telat dari jadwal yang semestinya jam 07.11, dan berpisahlah kami di stasiun ini. Hiksss.. Berakhir jugalah Cerita Pekerja Kantoran Menerobos Debu Merbabu ini.
Biaya Untuk Pendakian ini adalah sebagai berikut
- Tiket Kereta Pasar Senen – Solo Purwosari = 95 ribu
- Charter Mobil Solo Purwosari – Basecamp Selo = 300/8 = 37.5 ribu
- Retribusi Pendakian = 8 ribu
- Charter Mobil Basecamp Selo – Stasiun Semarang Poncol/Tawang = 500/8 = 62.5 ribu
- Tiket Kereta Semarang Poncol – Pasar Senen = 50 ribu
- Total = 95 + 37.5 + 8 + 62.5 + 50 = Rp 253 ribu
Biaya tersebut diluar biaya logistic, kan kalo urusan logistic itu menurut selera masing – masing aja.
Murah kan, jika kamu ikut open trip harga yang ditawarkan itu rata – rata Rp 450 – 600 ribu. Ya semua itu tergantung pada pilihan kamu.
Lengkap kan ceritanya, cie cie yang udah baca gag komen – komen, komen dong kaka cantik dan kaka ganteng.
Comments