Kami tiba di Bukitttinggi di malam hari. Di Perjalanan menuju Bukittinggi, kami hanya singgah di kedai Kue Pinyaram Habil Kayu Tanam, membeli kue cucur mini ini untuk pengganjal perut. Makanya waktu sampai di Bukittinggi yang dingin, perut kembali bersenandung. Malam itu kami ingin mencoba Sate Mak Ngulu yang ada di Jalan Abdul Manan, lokasinya cukup

Hari semakin mendekati tengah malam, namun penjelajahan kuliner kami di Bukittinggi belum usai. Setelah menikmati Sate Mak Ngulu yang berada di Sarojo, kami menuju ke Simpang Tembok tempat dimana Kedai D2 berada. Kedai ini dikenal oleh warga lokal Bukittinggi dengan olahan teh telur pinang spesial. Kedai D2 direkomendasikan oleh Bang Hen, sopir yang membawa kami

Di tepi Jalan Raya Batusangkar – Bukittinggi, terdapat sebuah kedai sederhana dan jauh dari kesan futuristik maupun instagramable. Namun kedai ini sangat ramai oleh pengunjung terutama di sore hari. Kedai ini ialah Dangau Kawa Biaro. Bagian depan dari dari kedai ini berupa gonjong yang menjadi ciri khas bangunan di Ranah Minang. Selebihnya ia hanya kedai

Bukittinggi, di pertengahan November 2018 yang dingin dan basah, membuat hasrat untuk makan menggelora. Saya merindukan kenikmatan Nasi Kapau, sepertinya siang ini saya akan menuntaskan hasrat ini dengan seporsi Nasi Kapau dengan lauk tambunsu. Pasti nikmat. Biasanya jika saya sedang ingin Nasi Kapau, saya menuju Kedai Uni Lis yang ada di Pasar Lereng. Tapi kali

Setelah menempuh perjalanan sekitar 70 kilometer dari Padang yang memakan waktu sekitar 2,5 jam. Kami tiba di Nagari Aie Angek, sebuah nagari yang berada dalam wilayah Kabupaten Tanah Datar. Perjalanan yang cukup panjang membuat kami dilanda rasa lapar dan kami memutuskan untuk mengobati rasa lapar ini di Rumah Makan Aie Badarun. Rumah Makan Aie Badarun