Jalan – jalan Sore di Gwanghwamun Square
Gwanghwamun Square

Apa jadinya jika mendapatkan hadiah jalan – jalan gratis keluar negeri? Senang, riang dan terharu. Apalagi keluar negeri-nya pertama kali dalam hidup. Dan itulah yang saya alami ketika mendapatkan hadiah berupa Paket Tour Korea 4 hari 3 malam. Sayangnya, keberangkatan tour ini sebelum waktunya saya gajian. Ya, tour mulai berangkat pada tanggal 23 sedangkan saya baru gajian tanggal 26. Jadi, jalan – jalannya dengan isi dompet yang tipis, saking tipisnya dompet saya bisa ditekuk berkali – kali. Ondeh mandeh.

Wisata belanja menjadi tema perjalanan di hari ketiga. Dari pagi hingga sore hanya mengunjungi tempat – tempat perbelanjaan. Di mulai dari mengunjungi National Ginseng Center, informasi tentang ginsengnya hanya sekilas selanjutnya dibawa ke sebuah ruangan yang memperkenalkan produk – produk dari ginseng. Ealah.

Berikutnya ke pusat kosmetik, lanjut lagi ke toko giok khas Korea dan ketika sore hari mengunjungi Donghwa Duty Free. Semuanya belanja, belanja dan belanja. Saya tidak begitu menikmati perjalanan di hari ketiga ini. Karena saya bukanlah pecinta wisata belanja.

Ketika peserta tour lainnya asik menguras isi kantong mereka dengan membeli berbagai aneka produk fashion, produk kosmetik di Donghwa. Saya bersama teman – teman lainnya yang isi dompetnya senasib dengan saya, lebih memilih keluar dari Donghwa dan menuju Gwanghwamun Square.

Wajah melas karena jalan – jalan ga bawa uang yang cukup

Dinginnya angin yang berhembus di sore itu tidak menyurutkan semangat kami untuk menjelajahi area terbuka yang dibangun oleh Pemerintah Korea Selatan dengan mengurangi  enam ruas jalan utama di tengah – tengah Sejong-ro. Gokil ga sih? Mengurangi jalan utama di tengah kota untuk membuat ruang terbuka? Wah, di Jakarta rasanya sangat sulit menemukan hal itu. Yang ada ruas jalan terus menerus ditambah, membuka peluang orang – orang masuk ke ibukota dengan kendaraan pribadi dan hasilnya jalan bertambah macet!

Gwanghwamun Square Seoul
Mengurangi enam ruas jalan utama untuk membuat ruang terbuka yang asri, Gokil!

Gwanghwamun Square memiliki lebar 34 meter dan panjang 557 meter. Dari sebuah jalan yang padat dengan kendaraan sekarang telah berubah menjadi tempat yang asri, banyak orang yang memanfaatkan ruang terbuka ini baik dari orang Korea itu sendiri maupun wisatawan asing yang justru menjadikan area ini sebagai tempat wisata.

Ketika kami mengunjungi Gwanghwamun Square, saat itu sedang ada aksi yang dilakukan sejumlah aktivis. Kami pun menyambangi salah satu posko yang mereka bangun guna melakukan aksi. Kami pun menanyakan perihal aksi mereka dan untungnya ada aktivis yang fasih berbicara dalam bahasa Inggris. Kata aktivis berwajah manis tersebut, aksi ini dilakukan untuk menuntut pemerintah Korea melakukan pengangkatan bangkai KM Sewol, selain itu mereka juga meminta pemerintah melakukan investigasi lanjutan dan berharap menemukan 9 jenazah yang hingga saat ini tak jelas keberadaannya.

MV Sewol
Saat kami kesana, sedang ada aksi menuntut diangkatnya kapal Sewol yang mengalami kecelakan 3 tahun lalu

Sebagai bentuk Solidaritas, kami mengisi daftar tamu (orang asing) yang bersimpati pada aksi ini. Mereka pun memberi kami pita berwarna kuning.

Oh ya, sedikit cerita tentang KM Sewol. KM Sewol adalah nama kapal yang mengalami kecelakaan pada tanggal 16 April 2014. Kapal ini berangkat dari Pelabuhan Incheon menuju Jeju Island dan membawa penumpang lebih dari 400 orang yang sebagian besar dari mereka adalah pelajar SMA. Nahas, mimpi buruk terjadi, kapal ini mengalami karam dan tenggelam di perairan sekitar 20 Km arah barat daya semenanjung Korea.

Lebih dari 300 orang tewas pada peristiwa ini. Akibat dari kecelakaan yang memakan jumlah korban jiwa yang cukup besar ini, Perdana Menteri Chung Hong-Won mengundurkan diri dari jabatannya karena merasa menjadi beban Negara akibat tidak dapat mencegah kecelakaan ini. Luar biasa ya, padahal bisa dikatakan itu bukan salahnya namun sebagai pemimpin ia merasa malu tidak dapat melindungi rakyatnya. Beda banget sama di, hemm.. dimana ya? Kamu terka sendiri lah.

Kami terus berjalan ke arah Istana Gyeongbokgung, istana terbesar di Korea Selatan yang kemarin telah kami kunjungi.

Tapi kami tak perlu sampai ke Gyeongbokgung, kami cukup menikmati suasana di sekitar Patung Laksamana Yi Sun-Shin. Katanya jika musim panas di sekitar patung ini terdapat air mancur 12.23, tapi karena sedang musim semi jadi air mancur itu tidak ada. Lagian siapa yang mau main air ditengah suhu rata – rata 4 derajat celcius.

Patung Laksamana Yi Sun Shin

 

Gwanghwamun Square benar – benar ruang terbuka yang keberadaannya sangat dinikmati oleh warga Korea untuk sekedar jalan santai, melakukan aksi atau berbagi hasil seni. Disini kami melihat beberapa seniman membagikan karya seninya berupa tulisan yang isinya merupakan kata – kata bijak dalam bahasa Korea kepada para pejalan kaki dengan gratis. Untuk mendapatkannya, pertama kita memilih kata – kata apa yang hendak dituliskan, lalu serahkan kepada seniman dan sret.. sret.. sret.. jadilah tulisan yang lalu dibagikan kepada orang tersebut. Kami juga ingin tapi sayang antriannya lumayan dan takut gag keburu karena waktu yang diberikan ke kami sebelum kumpul kembali sangat singkat.

Seniman lagi membuat tulisan yang berisikan kata – kata bijak

Selain Patung Laksamana Yi Sun-Shin, di Gwanghwamun Square juga ada Patung Raja Sejong berukuran besar. Raja Sejong ini dikenal sangat berwibawa, ia juga yang mengenalkan huruf Hangeul (alphabet Korea) yang hingga saat ini masih digunakan.

Sebenarnya masih banyak lagi yang menarik disini seperti Sejong Exhibition Hall yang berada di bawah Patung Raja Sejong. Disana terdapat semua informasi tentang RajaSejong. Dimulai dari perkenalan masa kecil sang raja, kepribadian dan hobi yang dimilikinya, prestasi yang ia dapatkan dalam ilmu pengetahuan, seni, serta peraturan militer. Namun, keterbatasan waktu membuat kami harus beranjak dari sini karena kami harus berkumpul kembali ke bus yang akan mengantarkan kami menuju Myeondong Street untuk belanja lagi, fyuuuuh.

About Author

client-photo-1
M. Catur Nugraha
Masih bekerja sebagai Naval Architect Engineer di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang konstruksi bangunan lepas pantai sejak tahun 2012. Kecintaan kepada kampung halamannya membuat ia memutuskan untuk mendirikan Jelajah Sumbar dengan tujuan memperkenalkan keindahan Bumi Ranah Minang ke khalayak ramai dan mengajaknya untuk berkunjung ke Sumbar. Ia sangat menyukai traveling. Perjalanan yang paling ia senangi antara lain mendaki gunung, trekking ke air terjun, dan berkemah di pulau – pulau kecil. Ia juga gemar menuliskan cerita perjalanannya dan memotret obyek yang ditemuinya. Cita – citanya : menjadikan Sumatera Barat dan Wisata Padang sebagai salah satu destinasi pilihan favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan Internasional.

Comments

May 7, 2017
itu wajah melas karena kekurangan duitnya biasa aja dongg.. nanti kan dapat duit lagi, rejeki yang bentar lagi mo kawin.. hehehehe..
May 8, 2017
habisnya pengen gaya keren kayak opa opa gag bisa. aamiin, datang ya ke acara. Dekat kok, cuma Bandung aja.

Leave a Reply

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.