Long Trip Seru Keliling Sumbar Ala Gathering Keperawatan Rumah Sakit Haji Jakarta
Baju Adat di Pagaruyung

Setelah sehari sebelumnya berwisata bahari di Kawasan Wisata Mandeh. Kali ini di hari kedua Gathering Keperawatan Rumah Sakit Haji Jakarta, kami akan melakukan long trip atau perjalanan panjang dari Kota Padang menuju Bukittinggi dengan rute Padang – Lembah Anai – Danau Singkarak – Istana Basa Pagaruyung – Jembatan Kelok Sembilan dan berakhir di Bukittinggi.

Long trip dalam sehari mengunjungi berbagai obyek wisata di Sumbar adalah salah satu agenda yang kami kemas dalam Paket Tour Sumbar yang kami tawarkan. Agar perjalanan ini lancar maka, kita harus mulai berangkat sepagi mungkin. Seperti rombongan gathering RSH Jakarta yang memulai perjalanan tepat pukul 7 pagi dari Padang.

Hari itu cuaca sangat cerah, memasuki wilayah Kayu Tanam nampak jelas pemandangan Tri Arga atau Gunung Singgalang yang berdampingan dengan Gunung Tandikek, dan tepat diseberangnya ada Gunung Marapi. Kanan kiri jalan terhampar sawah hijau nan luas, membuat sejuk siapapun yang memandangnya.

Singgah di Lembah Anai

Setelah menempuh 1,5 jam perjalanan, kami tiba di destinasi yang pertama yakni Air Terjun Lembah Anai yang berada tepat di sebelah Jalan Raya Padang Bukittinggi. Air terjun ini selalu ramai dikunjungi wisatawan mengingat lokasinya yang mudah dicapai.

Setelah menunggu rombongan lain berfoto, kini saatnya kami semua yang berfoto bersama dengan latar air terjun yang sumber airnya berasal dari Gunung Singgalang ini. Satu, dua, tiga, ckreek.

Foto di Air Terjun Lembah Anai
Foto bersama di Air Terjun Lembah Anai

Wisata Kuliner di Sate Mak Syukur

Tak jauh dari Air Terjun Lembah Anai, kami telah memasuki wilayah Padang Panjang, sebuah kota kecil yang hanya memiliki luas wilayah sebesar 23 Km2. Jika melintas di Kota Padang Panjang, sayang rasanya jika harus melewatkan wisata kuliner di Sate Mak Syukur. Sate ini sudah sangat terkenal dikalangan wisatawan, bahkan Pak SBY dan Pak Jokowi juga pernah mencicipi lezatnya Sate Mak Syukur.

Begitu pun kami yang tak ingin melewatkan kesempatan mencoba nikmatnya kuah kuning nan pekat berpadu dengan ketupat yang telah dibelah – belah dan tentunya daging sate yang berukuran lebih besar dari sate padang pada umumnya yang kami jumpai di Jakarta. Rasanya, maknyus!

Menuju Istana Pagaruyung, Menepi di Danau Singkarak

Puas mengisi perut, kami lanjutkan perjalanan. Dari arah Padang Panjang menuju Istana Pagaruyung di Batusangkar kami dihadapkan dua pilihan tepatnya ketika tiba di Simpang Karambi. Bila memilih jalan ke kiri maka nantinya bisa singgah di Desa Pariangan, sebuah desa di kaki Gunung Marapi yang disebut sebagai salah satu desa terindah di dunia.  Sebaliknya bila memilih jalan ke kanan, perjalanan akan melalui tepian Danau Singkarak. Mana yang lebih Indah? Dua – duanya sama indahnya dan kami lebih memilih melewati jalan ke kanan.

Setelah melewati jalan ke kanan tak lama kemudian sudah nampak Danau Singkarak dari kejauhan. Bus terus melaju hingga kami telah berada di jalan yang bersinggungan langsung dengan Danau Singkarak. Kami pun singgah terlebih dahulu untuk berfoto bersama dengan latar danau terluas kedua di Pulau Sumatera ini.

tepian Danau Singkarak
Menepi di Danau Singkarak

Di tempat kami singgah, ada yang menjual ikan bilih yaitu ikan endemik Danau Singkarak. Rasanya gurih dan enak. Namun harga ikan berukuran kecil ini terbilang mahal yakni Rp 280.000 per kg. Beberapa diantara kami ada juga yang membelinya sebagai oleh – oleh.

Merasakan Sensasi Menjadi Anak Daro Jo Marapulai di Istana Basa Pagaruyung

Lepas dari Danau Singkarak, kemudian bus melewati Jalan Ombilin yang menanjak. 20 menit kemudian, kami telah tiba di Istana Basa Pagaruyung. Kedatangan kami langsung disambut oleh salah satu local guide Istana.

Setelah mendengarkan sejarah singkat tentang Istana Basa Pagaruyung kami berkumpul untuk berfoto bersama dengan latar megahnya bangunan istana.

Paket Tour Pagaruyung
Foto bersama sebelum memasuki Istana Basa Pagaruyung

Rasanya ada yang kurang bila mengunjungi Istana Basa Pagaruyung tanpa mencoba mengenakan Pakaian Adat khas Minang, merasakan sensasi menjadi anak daro dan marapulai. Di bagian bawah istana terdapat penyewaan baju adat, kami semua menuju kesana untuk mengenakan baju adat Minang dengan warna sesuai selera. Ada kuning, merah, hitam dan yang terbaru warna Ungu!

Usai semuanya mengenakan pakaian adat khas Minang, berkumpul kembali untuk berfoto. Satu, dua, tiga, ckrek.. ckrek.. ckrek.. Keren banget pokoknya, lihat aja foto di bawah ini.

Bisa foto bareng menggunakan pakaian adat khas Minang, keren banget!

Mengagumi Jembatan Kelok Sembilan

Tepat jam dua siang, kami mulai beranjak dari Istana Pagaruyung menuju rumah makan untuk makan siang. Usai makan siang kami menuju Jembatan Kelok Sembilan yang berada di Kabupaten Lima Puluh Kota dan memakan waktu sekitar 2 jam perjalanan.

Akhirnya konstruksi Jembatan Kelok Sembilan mulai terlihat di hadapan kami, megahnya kontruksi jembatan yang terpancang diantara perbukitan membuat kami terkagum – kagum.

Sebelum tiba di view point, sopir membawa kami melewati Kelok Sembilan “yang asli”. Ketika melewati Kelok Sembilan ini kami bersama – sama menghitung jumlah kelokannya. Dan semuanya serempak mengatakan ada 9 kelokan. Jadi bukan hoax ya.

Tiba di view point suasana sangat ramai ditambah dengan fotografer jalanan yang langsung membidik wisatawan dan dalam waktu sangat singkat sudah membawa hasil jepretannya untuk ditawarkan kepada wisatawan seharga Rp 10.000.

Foto di kelok sembilan
Suasana di View Point Jembatan Kelok Sembilan yang ramai, sulit mendapatkan foto dengan latar yang bagus

Kami harus menunggu rombongan lain yang masih asik berfoto, begitu ada tempat yang kosong langsung kami isi untuk berfoto bersama.

Kalau begitu, fotonya pakai action kamera plus tongsis aja biar kelihatan semuanya, cekrek

Hari semakin gelap, kami pun meninggalkan Kelok Sembilan yang Indah itu menuju Bukittinggi dimana kami akan beristirahat. Sebelum menuju hotel kami singgah terlebih dahulu di Pusat oleh – oleh, rasanya belum lengkap bila pulang dari jalan – jalan tanpa membawa oleh – oleh untuk keluarga, teman maupun kerabat dekat.

About Author

client-photo-1
M. Catur Nugraha
Masih bekerja sebagai Naval Architect Engineer di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang konstruksi bangunan lepas pantai sejak tahun 2012. Kecintaan kepada kampung halamannya membuat ia memutuskan untuk mendirikan Jelajah Sumbar dengan tujuan memperkenalkan keindahan Bumi Ranah Minang ke khalayak ramai dan mengajaknya untuk berkunjung ke Sumbar. Ia sangat menyukai traveling. Perjalanan yang paling ia senangi antara lain mendaki gunung, trekking ke air terjun, dan berkemah di pulau – pulau kecil. Ia juga gemar menuliskan cerita perjalanannya dan memotret obyek yang ditemuinya. Cita – citanya : menjadikan Sumatera Barat dan Wisata Padang sebagai salah satu destinasi pilihan favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan Internasional.

Comments

Leave a Reply

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.