Usai menjelajahi Kota Bukittinggi, memasuki tengah hari, kadar gula dalam darah kami mulai menurun alias kami merasa lapar. Kami pun menuju sekitar Jam Gadang, disana ada Rumah Makan Simpang Raya. Rumah makan ini direkomendasikan oleh Bang Rangga. Meski saya sudah tak terhitung lagi mengunjungi Jam Gadang, tapi saya belum pernah makan disana. Jadilah makan siang
Siang itu matahari bersinar begitu terik di Kota Bukittinggi. Meski kota kecil ini memiliki hawa sejuk, namun jika sedang cerah maka tetap bikin gerah juga. Kami terus melangkah menyisir jalan setapak yang berbatasan langsung dengan pagar seng yang digunakan untuk menutup lokasi proyek revitalisasi taman Jam Gadang. Kami hendak menuju Los Lambuang yang ada di
Kayu Tanam ialah salah satu nagari (setingkat kelurahan) yang merupakan bagian dari Kecamatan 2X11 Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman. Nagari ini berada sekitar 40 kilometer atau satu jam perjalanan dari Kota Padang. Yang menarik dari nagari yang memiliki luas wilayah sekitar 15 Km2 ini ialah pada musim durian yang berlangsung pada bulan Juni – September,
Seminggu sudah kami liburan di Padang. Entah berapa porsi Nasi Padang yang telah singgah di perut kami. Nasi Padang memang lezat, tapi kalau sudah seminggu makan itu terus pastinya bosan juga. Kami pun mencari café atau resto yang bisa memenuhi keinginan kami untuk ganti selera. Setelah berputar di sekitar Kota Padang, pilihan kami jatuh kepada
Teh telur atau orang Minang menyebutnya teh talua ialah minuman khas Sumatera Barat. Nama teh telur sudah cukup lama diketahui oleh banyak orang, terlebih lagi pada 2017 lalu, Teh Telur dinobatkan sebagai juara III Minuman Tradisional Terpopuler pada ajang Anugerah Pesona Indonesia. Baca juga : Bika Talago di Pelana Singgalang dan Marapi Hampir semua warung