Cerita Pekerja Kantoran Mendaki Gunung Gede
Catatan Perjalanan Gunung Gede

Gunung Gede. Siapa yang tidak kenal dengan gunung yang berada dalam Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ini? Letaknya yang dekat dari Ibukota Jakarta serta kemudahan akses untuk menuju kesana membuat gunung yang memiliki ketinggian puncak 2958 mdpl ini menjadi salah satu gunung favorit untuk didaki khususnya bagi para pendaki yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya.

 How To Get There?

Gunung Gede dapat didaki melalui 3 jalur resmi yaitu Jalur Gunung Putri, Cibodas dan Salabintana. Berhubung pada cerita ini kami mulai mendaki  melalui Jalur Gunung Putri maka yang saya jelaskan adalah cara ke Gunung Putri.

  1. Dari Terminal Kampung Rambutan naik bus Marita tujuan Cianjur atau bisa juga bus Karunia Bakti, Doa Ibu tujuan ke Garut/Banjar/Tasik yang melalui puncak. Nanti turun di Pasar Cipanas. Ongkos untuk bus ini adalah Rp 25.000
  2. Dari Pasar Cipanas menuju ke Gunung Putri, kita harus menyewa angkot dengan biaya sewa sekali jalan adalah Rp 150000 – Rp 200000 (bisa dibagi share costnya tergantung jumlah orang yang ada di kelompok kita), butuh keahlian untuk menawar terutama kepada si calo angkot. Pada saat menuju ke Gunung Putri harap berpegangan, apalagi disebelah ente ada si eneng manis, soalnya jalannya amburegul, so nikmatilah goncangan – goncangan di dalam angkot.
  3. Udah gitu aja, gampang kan?

Don’t Forget

Kalau mau mendaki Gunung Gede atau Pangrango, kamu harus terlebih dahulu mendaftarkan diri dan kelompok ke www.gedepangrango.org untuk mengurus SIMAKSI (Surat Izin Memasuki Kawasan Konservasi) kalo bisa 1 bulan sebelum hari pendakian, sebab Gunung Gede Pangrango merupakan gunung favorit karena letaknya yang dekat dengan ibukota, jadi peminatnya banyak sedangkan kuota yang tersedia terbatas.

Sekarang yuk ah ke bagian Catpernya.

Catper

Jadi awalnya pendakian ini digagas oleh salah satu rekan saya, Andrew, dia ngebet banget pengen mendaki Gunung Gede soalnya walau sudah pernah kesana sebelumnya tapi dia belum pernah ke Surya Kencana yang indah itu.

Nah, makanya dia punya usul untuk ngajak temen – temen kantor mendaki bareng. Setelah koar – koar akhirnya terkumpul 11 orang yang mau ikutan mereka adalah Saya (Catur),  Andrew, Bismi, Mas Nanda, Gilang, Tika, Babal dan Yuli (kami semua satu kantor di PTSI), terus ada Flo (Novell Pharmacy), Lely (DSME) n Winnie (kerja dimana ya nih orang?). Karena Andrew yang jadi TS jadi dialah yang mengurusi SIMAKSInya. Yang lainnya Cuma bantu – bantu daftar online aja.

Di hari H, kami sepakat tuk berkumpul di pintu keluar Terminal Kampung Rambutan, sekitar jam 21.30 kami telah berkumpul jadi pas ada Bus Marita yang keluar dari terminal langsung deh kami naik. Isi bus ini didominasi oleh para pendaki, hanya sedikit saja yang benar – benar orang Cianjur yang mau pulang. Sekitar 2 jam perjalanan sampailah kami di Pasar Cipanas. Kami istirahat dulu disini sekitar 1 jam soalnya ada yang makan, nyemil dan ke minimarket untuk beli logistik. Sembari menunggu yang lainnya saya dan Andrew mencari angkot untuk disewa, sempat terjadi tawar menawar dengan calo dan akhirnya disepakati sewa angkotnya adalah Rp 150.000 untuk sampai Gunung Putri.

Sekitar 30 menit sampailah kami di Gunung Putri, suasananya sudah ramai seperti layaknya pasar malam sepertinya besok bakalan ramai yang mendaki lewat Jalur Gunung Putri. Para pendaki itu beristirahat ala kadarnya, dengan beralaskan matras dan berselimutkan sleeping bag, mereka tertidur di depan teras warung yang sudah tutup. Miris lihatnya, soalnya kan besok harus mendaki dimana butuh stamina yang fit.

Kami langsung beranjak menuju Rumah Bu Indah. Rumah bu Indah ini dikenal sebagai tempat beristirahat bagi para pendaki yang akan mendaki via Jalur Gunung Putri, ah, tapi sayang tempatnya sudah penuh, bahkan ada juga yang tidur di teras. Kami pun beralih ke sebuah warung kecil yang didominasi warna merah muda yang masih buka meski sudah hampir jam 2 malam. Beberapa diantara kami ada yang memesan minuman hangat sebagai pembuka pembicaraan sekalian tanya2 kali aja si punya warung ada tempat untuk dijadikan tempat istirahat untuk kami. Namun sayang, kami lagi2 tidak mendapati apa yang kami inginkan soalnya rumah si punya warung pun juga sudah penuh sama kelompok pendaki yang lain. Akhirnya kami beristirahat di depan teras warung dan sebagian lainnya istirahat di teras masjid (ga berani di dalam soalnya takut dimarahin sama takmir masjid)

Bangun pagi, shalat shubuh dan sarapan, setelah itu kami bersiap – siap untuk memulai pendakian. Jam 07.20, setelah semua siap, kami memulai pendakian, berjalan menanjak melewati kebun milik warga menuju Pos Pemeriksaan Gunung Putri. Andrew menuju ke petugas dan menyerahkan SIMAKSI dan menyebutkan apa saja yang dibawa oleh kelompok kami. Beres dengan urusan administrasi kami lanjutkan lagi perjalanan Melewati kebun warga yang didominasi oleh beragam tumbuhan sayur – sayuran. Karena cuaca cerah pemadangannya bagus banget jadi sering berhenti untuk ngambil foto.

Awal pendakian di jalur Gunung Putri
Awal pendakian di jalur Gunung Putri

setelah melewati perkebunan warga masuklah kami ke wilayah hutan (kalo di Sumatera batas antara perkebunan warga dan hutan itu disebut Pintu Rimba). Lho, ternyata jalur kini sudah dibetonisasi berbeda pada saat pendakian saya setahun yang lalu dijalur yang sama yang masih berupa tanah dan akar – akar pepohonan. Sekitar 1 jam-an dari Pos Pemeriksaan sampailah kami di Pos 1, kami beristirahat dulu sambil foto – foto lah. Lanjut jalan lagi, 30 menit kemudian sampai lagi ke sebuah pos (gag tau namanya, ada gazebo juga seperti pos 1) Jalan terus menanjak, saya sama Mas Nanda menjadi yang paling belakang soalnya memang kami berdua masih dalam pemulihan paska mendaki Gunung Merbabu seminggu yang lalu

Kami saat tiba di Pos 1 Gunung Putri
Kami saat tiba di Pos 1 Gunung Putri

Menjelang sampai Surya Kencana jalur makin nanjak bikin sering berhenti buat ngatur nafas, eh iya disepanjang jalur saya perhatiin banyak banget pendaki2 yang “tumbang” pada istirahat sambil tidur di tepi jalur, ini mungkin karena istirahat semalamnya gag sempurna kali ya. Akhirnya jam 13.30 sampailah kami di Surya Kencana Timur, temen2 yang lain sudah sampai sekitar 30 menitan yang lalu dan mereka sudah pada makan siang. Saya pas nyampe langsung deh makan nasi bungkus dengan lauk telor bulat n tahu itu.

Tiba di Surya Kencana Timur untuk makan siang bareng
Tiba di Surya Kencana Timur untuk makan siang bareng
Edelweiss di kala itu sedang berbunga
Edelweiss di kala itu sedang berbunga

jam 16.30 sampailah kami di Surya Kencana Barat, langsung mencari tempat untuk nge-camp, pas sudah dapat langsung deh ngediriin 4 tenda sekaligus, dengan kerja sama yang apik tenda bisa didirikan dengan cepat, habis itu masang flysheet buat dapurnya. Sebagian lainnya mengambil air persis di bawah gua yang ada di Surken, eh tapi karena lagi musim kemarau sungai kecil yang berada ditengah – tengah surken kering, sumber air yang ada hanya semacam genangan air aja, dan untuk mengambilnya harus ngantri.

nasib_pendaki

Udah beres sama tenda, “dapur”, n airnya langsung deh masak – masak. Masak nasi, air panas buat minuman hangat, sop, sosis goreng, sarden, dan ditutup dengan masak pudding. Lengkap banget dah.Jam 19.30 sudah masak semua tuh masakannya, langsung deh pada makan dengan lahap (walau nasinya gag masak seutuhnya)

Habis makan masih bertahan di “dapur”, ya sekedar masak2 air panas buat ngopi2 dan saling ngobrol n bercanda, tapi akhirnya satu per satu gag kuat nahan dingin dan pada masuk ke dalam tenda, begitu juga dengan saya yang udah begitu lelahnya (efek masih kecapean dari Merbabu)

Tapi, sulit sekali untuk tertidur dengan nyenyak sebab malam itu dingin banget, ditambah oleh pendaki – pendaki alay yang lagi sahut – sahutan dengan teriak2an gag jelas. Bapa mana Bapak, way woy way woy dan teriakan gag jelas lainnya. Sangat mengganggu.

Pagi hari ketika matahari sudah memunculkan dirinya dari arah timur satu per satu dari kami pun mulai beranjak keluar dari tenda. Haha, ternyata gag ada satu pun yang jadi summit attack ke Puncak Gede buat ngelihat sunrise. Di saat yang lain pada sibuk foto2, saya lebih milih di “dapur” aja masak burger buat teman2, untuk bahannya udah lengkap ada roti burger, daging beef, dan selada yang dibawa sama Lely, kecuali untuk Flo yang alergi daging, saya membuatkannya burger telur. Selesai masak, langsung deh  sama – sama makan burger sederhana ala Surya Kencana.

Nah, habis sarapan kami langsung berkemas mengepakan kembali barang bawaan kami, tepat jam 09.15 kami beranjak dari Surya Kencana menuju Puncak Gunung Gede. Dari pengalaman saya sebelumnya kalo ke Puncak Gede dari SurKen itu kira – kira 30 menitan lah, kalo kamu berapa menit? Jalurnya kini makin rapi tapi masih ada aja beberapa pendaki yang pakai jalur lama yang lebih ekstrim mungkin. Banyaknya pendaki waktu itu membuat pendakian agak terhambat karena banyak yang “tumbang” dan beristirahat di jalur, bahkan ada juga pendaki bertubuh kekar yang tiba2 berhenti di depan saya, terdiam, lalu muntah2.

Jam 10.10 saya sampai Puncak Gede dan kemudian disusul oleh teman – teman yang lainnya. Alhamdulillah, ini adalah yang ketiga kalinya saya berada disini dan yang lebih beruntungnya lagi saya dapat view Gunung Panrango dari Puncak Gede. Keren banget. Suasana di Puncak Gede ramai banget, bahkan ada juga yang berjualan di puncak. Kira2 satu jam kami menikmati suasana puncak, kemudian kami turun Via Jalur Cibodas.

Suasana di Puncak Gede waktu itu
Suasana di Puncak Gede waktu itu

 

Nah kalo lewat jalur ini buat turun nantinya habis dari puncak ketemu pepohonan lagi dimana nurunnya agak terjal gtu. Jadi harus berpegangan ke batang2 pohon (kalo saya sih gtu). Terus pastinya nanti kita akan dihadapkan oleh 2 pilihan yaitu melipir ke kiri atau menuruni tanjakan setan. Nah ini, saya udah 2 kali kesana sebelumnya belum pernah ngerasain sensasi nurunin tanjakan setan jadi saya milih lewat situ eh ga taunya rame banget. Antri. Dan ternyata ada kelompok pendaki yang mereka antri Cuma buat foto2 doang dengan latar tanjakan setan, habis foto2 mereka pilih jalur yang melipir itu. Cape deh. Ada juga yang ribut2an gara2 kepengen di foto pas nurunin tanjakan setan, haduh haduh lo lo pada kenapa sih?

Jam 12.30 sampailah kami di Pos Kandang Badak, suasananya ramai banget udah kayak pasar. Ada juga yang buka lapak dagangan disini. Saya langsung ngeluarin trangia terus dicuci dulu soalnya belum sempat dicuci pas di Surken, habis itu masak – masak lagi deh, mie goreng, mie rebus pake telur, telur kornet, telur dadar (kebetulan saya bawa telur di egg folder, jadinya ga pecah, horeee). Habis masak ngebuat teh hangat, teh yang dipakai itu teh Kayu Aro khas Kerinci yang saya beli waktu saya mengunjungi Danau Kembar Solok, rasanya enak dan menyegarkan.

Kandang Badak bak pasar yang ramai banget oleh pendaki
Kandang Badak bak pasar yang ramai banget oleh pendaki

Sekitar 2 jam kami habiskan waktu di Pos Kandang Badak, kemudian kami lanjutkan lagi perjalanan turunnya. Sekitar 40 menit perjalanan turun sampailah kami di Pos Kandang Batu, ada beberapa tenda yang berdiri disini, kami hanya istirahat sebentar kemudian lanjut lagi. Sebelum Pos Air Panas, disebelah kanan jalur terdapat sungai yang airnya hangat, kami pun berhenti disini dan menikmati sensasi hangatnya air sungai, lumayan buat menghilangkan pegal2 di telapak kaki.

Kemudian lanjut lagi, dan sampailah di Pos Air Panas. Pada waktu itu ada pengerjaan renovasi shelter. Nah di Jalur Air Panas ini lumayan sulit dan harus hati – hati karena jika tidak bisa saja kita terjatuh. Tapi sudah ada tali/sling untuk di pegang.

Selesai sudah jalur air panas, lanjut lagi menuju Pos Panyangcangan. Pos Air Panas ke Pos Panyangcangan adalah jarak terpanjang antara pos yang lain (menurut saya sih). Terlebih jalurnya itu berupa batu, haduh, menderita deh tuh dengkul, betis n paha. Si Yuli n Babal udah mulai terseok – seok jalannya, jadinya laju jalan kami lebih santai aja.

Jam 17.30 sampailah kami di Pos Panyangcangan, istirahat sebentar disini terus lanjut lagi. Lalu mulailah berganti hari menjadi gelap. Kami semua sudah siap dengan masing senter ataupun head lamp.  Ah udah, gelap gag banyak cerita lagi deh. Akhirnya jam 19.00 sampailah kami di Pos Lapor Cibodas. Kemudian melapor kepada petugas yang jaga lalu kami menuju pelataran parkir Cibodas dimana banyak terdapat warung yang menyediakan tempat untuk singgah, yang paling terkenal itu warung Mang Idi. Tapi kami gag kesana soalnya sudah pasti penuh, jadinya kami ke Warung Bu Ani o Ani na na na (lho, ko jadi nge dangdut gini)

Nah, habis makan dan bersih – bersih di warung bu Ani kami lanjutkan perjalanan pulang dengan mencarter angkot yang ongkosnya 5 ribu per orang. Sampai di Pertigaan Cibodas menunggu bus yang ke Kampung Rambutan, lalu datanglah bus Do’a Ibu dari Banjar yang masih tersedia bangku kosong untuk kami. 2 jam kemudian sampailah kami di Terminal Kampung Rambutan dan selesai lah catper Ketika Pekerja Kantoran Mendaki Gunung Gede ini.

 

Habis berapa sih untuk pendakian ini?

  • Simaksi TNGGP             = 7500 (pas daftar online) + 15000 (pas pengambilan) = 22.5* ribu
  • Bis Kampung Rambutan – Pasar Cipanas = 20* ribu
  • Charter angkot Pasar Cipanas – Gunung Putri = 150* ribu/11 = 13.6 dibuletin 14 ribu
  • Charter angkot Cibodas – Pertigaan Cibodas = 5* ribu
  • Bus Cibodas – Kampung Rambutan = 20* ribu
  • Total = 30 + 20 + 14 + 5 + 20 = 89 ribu

Biaya tersebut diluar biaya logistic, kan kalo urusan logistic itu selera masing – masing aja. Oh iya, biaya disini hanya gambaran dimana sewaktu – waktu bisa berubah.

Tips

  1. Kalau kamu juga pekerja kantoran seperti kami, sebaiknya sesudah jam kerja langsung ke Kampung Rambutan dan secepatnya menuju Gunung Putri supaya pas sampai di sana kamu dan kelompok mu masih ada tempat untuk istirahat baik itu di rumah Bu Indah atau di warung yang menyediakan tempat istirahat
  2. Wajib tidur, Jangan Begadang! Biar pas jalannya fit, kalo kurang tidur bisa sempoyongan jalannya
  3. Kalo kamu benar – benar baru di dunia pendakian ada baiknya melalui Jalur Cibodas aja, soalnya disana banyak tersedia tempat untuk istirahat yang murah cukup Rp 5.000 aja. Dan dijalur Cibodas ini air sangat melimpah. So, jangan khawatir dengan persediaan air jika lewat jalur ini.
  4. Udah itu aja, saya juga newbie ko, hehehe..

 

About Author

client-photo-1
M. Catur Nugraha
Masih bekerja sebagai Naval Architect Engineer di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang konstruksi bangunan lepas pantai sejak tahun 2012. Kecintaan kepada kampung halamannya membuat ia memutuskan untuk mendirikan Jelajah Sumbar dengan tujuan memperkenalkan keindahan Bumi Ranah Minang ke khalayak ramai dan mengajaknya untuk berkunjung ke Sumbar. Ia sangat menyukai traveling. Perjalanan yang paling ia senangi antara lain mendaki gunung, trekking ke air terjun, dan berkemah di pulau – pulau kecil. Ia juga gemar menuliskan cerita perjalanannya dan memotret obyek yang ditemuinya. Cita – citanya : menjadikan Sumatera Barat dan Wisata Padang sebagai salah satu destinasi pilihan favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan Internasional.

Comments

June 23, 2017
[…] Cerita Pekerja Kantoran Mendaki Gunung Gede […]
January 23, 2018
[…] Baca juga dong kaka : Ketika Pekerja Kantoran Mendaki Gunung Gede […]

Leave a Reply

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.