Perkumpulan Famili Muslim Cakung Jalan – jalan ke Sumatera Barat
hotel_di_bukittinggi

Awal Desember lalu, saya mendapatkan amanah untuk menemani perjalanan Famili Muslim Cakung jalan – jalan ke Sumatera Barat. Rombongan yang diketuai oleh bapak Haji Ubaidilah ini memilih Paket Tour Padang 3D2N E, yakni menginap dua malam di Bukittinggi dengan destinasi wisata yang dikunjungi diantaranya Lembah Anai, Puncak Lawang, Lembah Harau, Kelok Sembilan, Taman Panorama Ngarai Sianok beserta Lobang Jepang dan Masjid Raya Sumatera Barat.

Baca juga : Sekolah Pembangunan Jaya Jalan – jalan Keliling Sumbar

Adapun jumlah peserta yang ikut serta dalam perjalanan ini ialah 41 dewasa dan 2 anak – anak. Agar sepanjang perjalanan lebih menyenangkan, kami juga ditemani oleh local guide yakni Bang Zoel.

Hari Pertama

Rombongan Famili Muslim Cakung menggunakan Pesawat Garuda Indonesia GA 160 saat bertolak dari Jakarta menuju Padang. Tiba di Bandara Internasional Minangkabau sekitar jam 08.10 dan begitu keluar di pintu kedatangan langsung disambut oleh team Jelajah Sumbar.

Rombongan Famili Muslim Cakung tiba di Bandara Internasional Minangkabau

Sebelum meninggalkan Bandara Internasional Minangkabau, kami mengajak rombongan Famili Muslim Cakung untuk berfoto bersama di plasa BIM.

Foto bersama di Plasa BIM

Sekitar jam 09.15 kami bertolak dari BIM menuju Bukittinggi via Lembah Anai.

Awan kelabu menggantung di langit sepanjang perjalanan, meski demikian peserta tetap semangat menjalani tour ini.

Sekitar 1,5 jam perjalanan, kami tiba di destinasi yang pertama yaitu Air Terjun Lembah Anai. Rinai hujan menyambut kedatangan kami di Lembah Anai. Membuat suasana Lembah Anai yang sejuk tambah sejuk lagi.

Usai membayar retribusi tiket masuk, kami berkumpul di satu titik untuk berfoto bersama dengan latar air terjun Lembah Anai yang memiliki tinggi sekitar 35 meter.

Foto bersama di Air Terjun Lembah Anai

Kami tidak berlama – lama disini sebab 15 menit setelah kedatangan kami, datang lagi rombongan lain. Agar kawasan Air Terjun Lembah Anai tidak terlalu penuh kami kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya yaitu Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau atau yang biasa dikenal dengan sebutan Minang Village.

Baca juga : Dari Lembah Anai, Yuk Kita ke Minang Village

Hanya sekitar 20 menit dari Lembah Anai, kami telah tiba di Minang Village. Berfoto bersama dengan latar Rumah Gadang yang unik, setelah itu sebagian peserta langsung menuju bagian bawah rumah gadang dimana terdapat persewaan baju adat khas Minang.

Foto bersama di Minang Village

 

Mengenakan pakaian adat khas Minang di Minang Village

Memasuki tengah hari, kami beranjak dari Minang Village menuju Rumah Makan Aie Badarun, salah satu rumah makan yang representatif bagi wisatawan. Rumah makan ini memiliki ruang makan yang dapat menampung banyak orang, tersedia toilet dan mushala yang cukup bersih.

Makan siang di Rumah Makan Aie Badarun

Usai makan siang, kami menuju Istano Minang yang menjual berbagai mukena, baju muslim, peci dan lain – lain.

Masih ada satu destinasi lagi di hari pertama ini yaitu Puncak Lawang. Perjalanan menuju Puncak Lawang memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan jalan menanjak, menurun dan berkelok – kelok.

Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan kami tiba di Puncak Lawang, namun sayangnya pemandangan Danau Maninjau tidak secantik biasanya karena tertutup kabut tebal. Hujan pun turun, membuat kami harus berteduh di sebuah kedai sederhana. Sambil menunggu hujan reda, sebagian peserta sedang asik memilih kayu manis untuk dibeli sebagai oleh – oleh.

Danau Maninjau tertutup kabut tebal

Hujan pun reda, kami kembali memasuki bus dan melanjutkan perjalanan menuju Bukittinggi. Sebelum ke hotel, makan malam terlebih dahulu di Kawali Square. Usai makan malam, diantar menuju hotel, check in, pembagian kamar dan tour hari pertama pun selesai.

Makan malam di Kawali Square

Hari Kedua

Di hari kedua ini saat akan memulai tour, kami berjumpa dengan Bang Andy F. Noya, presenter yang dikenal melalui acara Kick Andy di salah satu stasiun TV swasta. Kami pun sempat berfoto bersama dengan Bang Andy yang ketika itu juga baru saja akan memulai perjalanan.

Dari Hotel Novotel Bukittinggi, kami mengarah sekitar 45 kilometer ke arah timur menuju Cagar Alam Lembah Harau. Cuaca begitu cerah saat kami mulai meninggalkan Bukittinggi, menengok ke kanan terlihat dengan jelas Gunung Marapi dengan puncaknya. Tengok ke kanan, Bukit Barisan berdiri dengan gagah memanjang.

Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam, akhirnya kami tiba di Lembah Harau.

“Masya Allah, Indah benar ciptaan Allah” kata seluruh peserta menggagumi keindahan Lembah Harau

Foto bersama di Lembah Harau

Kami berhenti di spot panorama untuk mengambil foto bersama, kemudian berhenti lagi untuk menikmati suasana Harau di Sarasah Aka Barayun.

Dari Lembah Harau selanjutnya kami menuju Jembatan Kelok Sembilan, jembatan yang indah karena dibangun diantara dua cagar alam yaitu Cagar Alam Air Putih dan Cagar Alam Lembah Harau. Tujuan awal pembangunan jembatan ini ialah untuk memperlancar arus lalu lintas dari Provinsi Sumatera Barat ke Provinsi Riau dan sebaliknya. Namun ternyata keindahannya memikat mata siapapun yang memandangnya, jembatan ini menjadi salah satu daya tarik wisata yang sayang kalau dilewatkan begitu saja.

Foto bersama di Jembatan Kelok Sembilan

Memasuki tengah hari kami beranjak menuju Rumah Makan Pongek Or Situjuah untuk makan siang. Rumah makan ini berada di Situjuh, Payakumbuh, ia dikenal dengan suguhan pongek-nya yaitu gulai nangka yang dikeringkan. Selain itu menu andalan disini ialah ikan mujair bakar. Ikan yang digunakan langsung diambil dari kolam yang tersedia sehingga kesegarannya terjaga. Bagi saya, inilah ikan mujair terenak yang pernah saya makan.

Makan siang di Rumah Makan Pongek Or Situjuh

Usai makan siang perjalanan dilanjutkan menuju Bukittinggi tepatnya ke Pusat oleh – oleh Ummi Aufa Hakim. Rasanya belum lengkap jalan – jalan ke Sumatera Barat jika tidak membawa pulang oleh – oleh khas Minang seperti Keripik Sanjay, Dendeng Balado, Rendang, dan banyak lagi.

Puas berbelanja oleh – oleh, kami menuju Taman Panorama Ngarai Sianok dan Lobang Jepang.

Selama di Lobang Jepang, kami dipandu oleh local guide yang memahami sejarah keberadaan lobang yang dibangun Penjajah Jepang dalam rangka menghadapi perang Asia Timur Raya.

Foto bersama dengan latar Ngarai Sianok

 

Foto bersama sebelum memasuki Lobang Jepang

Keluar dari Lobang Jepang, kami dijemput oleh angkot yang mengantar kami kembali ke bus. Selanjutnya kami menuju Restoran Inyiak Syawal untuk makan malam dengan menu ikan bawal dan ayam goreng kampung.

Makan malam di Inyiak syawal

Usai makan malam, rombongan Famili Muslim Cakung kami antar kembali ke Hotel Novotel untuk istirahat, tour hari kedua pun selesai.

Hari Ketiga

Tour hari ketiga agendanya lebih santai dari hari sebelumnya. Kami keluar dari Hotel Novotel sekitar jam 9 pagi. Sebelum meninggalkan Bukittinggi kami singgah di Basulam Indah untuk melihat – lihat mukena bordirnya yang cantik.

Belanja mukena bordir cantik di Basulam Indah

Perjalanan pun dilanjutkan menuju Kota Padang yang ditempuh dalam waktu kurang lebih 3 jam. Kami tiba di Kota Padang tepat pada saat waktunya makan siang. Disini kami singgah di Pondok Ikan Bakar Khatib Sulaiman yang berada di Pantai Purus. Rumah makan ini menyajikan aneka seafood bakar, adapun menu yang terhidang untuk rombongan yaitu ikan bakar, sate cumi dan sate udang lengkap dengan sambal cabe hijau yang dicampur dengan minyak kelapa serta sayur urap. Nikmat banget deh pokoknya!

Makan siang di Pondok Ikan Bakar Khatib Sulaiman

Usai makan siang, kami menuju Masjid Raya Sumatera Barat untuk menunaikan shalat dan tentunya berfoto bersama dengan latar Masjid Raya yang memiliki bentuk bangunan yang terbilang unik, sebab atap masjid ini bukanlah gobah melainkan bentuk persegi yang melancip di keempat penjurunya, yang melambangkan bentuk bentangan kain ketiba empat kabilah suku Quraisy di Mekkah berbagi kehormatan memindahkan batu Hajar Aswad. Bentuk sudut lancip tersebut sekaligus mewakili atap bergonjong pada rumah ada Minangkabau Rumah Gadang.

Baca juga : Takjub Menyaksikan Masjid Raya Sumatera Barat

Foto bersama dengan latar Masjid Raya Sumatera Barat

Setelah mengunjungi Masjid Raya Sumatera Barat, kami pun menuju Bandara Internasional Minangkabau via jalan by pass. Sepanjang perjalanan menuju bandara kami (Crew Jelajah Sumbar) saling bercengkerama dengan akrab, saling berbagi kesan dan pesan selama perjalanan.

Alhamdulillah, 2 jam sebelum jadwal penerbangan kami tiba kembali di Bandara Internasional Minangkabau. Akhirnya Tour Padang Bukittinggi Famili Muslim Cakung bersama Jelajah Sumbar pun selesai dengan meninggalkan banyak kenangan indah.

Ekpresi gembira usai tour keliling Sumbar bersama Jelajah Sumbar

About Author

client-photo-1
M. Catur Nugraha
Masih bekerja sebagai Naval Architect Engineer di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang konstruksi bangunan lepas pantai sejak tahun 2012. Kecintaan kepada kampung halamannya membuat ia memutuskan untuk mendirikan Jelajah Sumbar dengan tujuan memperkenalkan keindahan Bumi Ranah Minang ke khalayak ramai dan mengajaknya untuk berkunjung ke Sumbar. Ia sangat menyukai traveling. Perjalanan yang paling ia senangi antara lain mendaki gunung, trekking ke air terjun, dan berkemah di pulau – pulau kecil. Ia juga gemar menuliskan cerita perjalanannya dan memotret obyek yang ditemuinya. Cita – citanya : menjadikan Sumatera Barat dan Wisata Padang sebagai salah satu destinasi pilihan favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan Internasional.

Comments

Leave a Reply

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.